Mohon tunggu...
pepy lazuardy
pepy lazuardy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

master student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Moskow Sudah tidak lagi Dingin

7 Februari 2014   19:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memasuki pertengahan February, suasana yang sangat berbeda terasa di Moskow, kota cantik dan unik ini sudah ditinggalkan oleh Salju. Musim dingin ini jauh berbeda dengan musim dingin seperti yang lalu, Suhu yang tidak terlalu dingin mencapai puncaknya dengan minus 26, dan hanya berlangsung satu minggu. Sebagai gambaran suhu dingin yang terjadi beberapa tahun lalu bisa mencapai dibawah minus 30 dan berlangsung lebih dari dua minggu. Hamparan salju yang tebal, turun tiada henti dimulai sejak bulan November terlihat berbeda tahun ini. Perayaan tahun baru dan natal kali ini tidak dipenuhi oleh salju, jalanan lebih terlihat basah karena hangatnya temperature.

Temperatur hangat bersamaan juga perubahan hangatnya masyarakat Rusia. Pertama kali saya menginjakkan kaki di kota ini tiga tahun yang lalu, suhu yang dingin mencekam dibarengi dinginnya wajah wajah orang Rusia. Berjalan cepat diatas salju, muka kaku, seolah menatap penuh curiga terhadap orang asing. Dibayangi pemikiran bahwa bahwa mereka haters (tidak menyukai orang asing), membuat rasa nyaman berkelililng kota langsung lenyap. Pilihan terbaik mungkin tinggal berdiam diri dirumah. Menggunakan faislitas umum seperti metro pun tidak mudah, banyaknya orang berdesakan ditambah saling mendorong, membuat segalanya terasa sulit untuk beradapatsi di kota ini. Segala gambaran mengenai kakunya orang Rusia terlihat seperti nyata.

Seiring dengan waktu perubahan terjadi disini, masyarakat Rusia mulai terbuka. Sektor wisata dan ekspansi produk Cina besar besaran melanda kota ini. Meskipun Rusia masih mengalami masa transisi dengan bergabungnya mereka dalam WTO tahun 2012, nadi era keterbukaan telah terasa. Kesadaran masyarakat bahwa sektor pariwisata akan menambah devisa juga terlihat meningkat.

Ekonomi menjadi sektor penting dalam perubahan gaya hidup masyarakat, banyaknya mobil mewah yang bertebaran dikota ini, menjamurnya franchise toko dari Eropa dan Amerika, ditambah dengan banyaknya produk China dalam segala komoditi telah membanjiri kota ini. Café yang berasal dari eropa dan Amerika seperti Paul, Starbucks dan lainnya tidak pernah sepi dari pengunjung. Masyarakat muda Rusia telah memasukkan globalisasi dalam gaya hidup mereka.

Pemerintah juga menyadari pentingnya hubungan kerjasama yang erat bukan hanya dari satu negara tetapi multi negara. Dari hal ini yang terpenting adalah komunikasi melalui mekanisme bahasa. Dalam beberapa tahun ini, Masyarakat Rusia yang notabene menggunakan hanya bahasa Rusia dalam berkomunikasi telah mencoba memasukkan pelajaran bahasa lain, bahasa inggris diantaranya. Kurikulum sekolah dan kuliah mulai memasukkan Bahasa Inggris sebagai mata kuliahnya, pembukaan kelas internasional di beberapa universitas menandakan semakin terbukanya negara ini. Bahkan dibeberapa rumah makan pun mereka mulai menyediakan menu dengan bahasa inggris, membuat para ekspatriat lebih merasa nyaman.

Sekali lagi berjalan diatas fasilitas umum pada tahun ini, terlihat seorang anak muda Rusia yang berusaha menjelaskan arah terhadap turis dengan bahasa Inggris yang terbata. Terkadang melihat beberapa orang yang membalas senyuman ketika kita tersenyum.

Zaman sudah berbeda begitu juga Rusia.

Hubungan Indonesia dan Rusia yang mencapai puncaknya pada tahun 1961, dimana Rusia (Unisovyet) waktu itu membantu sepenuhnya dalam pembebasan Irian Barat melalui perlengkapan dan tehnology militer. Setelah kejadian itu yang tersisa dari Rusia hanyalah suatu ketakutan akan suatu paham didalamnya, dan melupakan kenangan indah hubungan Rusia dan Indonesia. Setiap mengucapkan kata Rusia, tidak banyak yang bisa tergambar untuk beberapa orang di Indonesia.

Sayangnya, saat ini Rusia sudah jauh berbeda, bahkan untuk seperti saya yang hanya mendiami selama 3 tahun bisa membandingkan perubahan yang besar dari masyarakat dan suasananya. Ada lebih dari 3000 orang dari Malaysia yang berkuliah disini, ribuan pula dari beberapa negaralainnya termasuk Vietnam ataupun China. Apabila dibandingkan dengan mahasiswa Indonesia yang belum genap 200, alangkah sayangnya kesempatan ini dilewatkan. Banyak yang bisa dipelajari dari negara ini, hubungan strategis yang berkembang dalam bidang ekonomi dan militer diharapkan dilengkapi dengan pengembangan sumber daya manusia diantaranya.

Kehangatan Moskow pada tahun ini (yang mungkin karena perubahan cuaca secara global), diharapkan merupakan momentum hangat dalam perubahan masyarakat dan suasana kota Moskow yang lebih ramah. Harapan besarnya adalahmemanasnya hubungan Indonesia dan Rusia kearah peningkatan yang lebih positif. Sayang untuk dilewatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun