“ We should raise a new generations of spectators with good aesthetic taste who understandand value the theater, drama and music” Putin ( Moscow time, 03 february 2014).
Kutipan dari orang nomer satu di Russia menanggapi kejadian pertama kali penembakan terjadi di salah satu sekolah di kota Moskow, yang dilanjutkan dengan keterangan apabila semua ini dilakukan dengan baik, maka tragedy ini tidak akan mungkin terjadi.
Sangat menarik melihat sekilas pendidikan di Rusia, yang tidak hanya mementingkan tentang isi materi pelajaran yang penuh dengan teori, perhitungan dan hafalan. Pendekatan seni, sejarah dan budaya menjadi faktor utama dalam pembentukan karakter pendidikan manusia.
Pendidikan dini dimulai dengan pendidikan anak anak usia 3-7 tahun, biasa disebut detskiysad, di Indonesia dikategorikan PAUD dan TK. Dimulai dari jam 8 pagi sampai dengan 7 malam, termasuk makan pagi, makan siang, snack 2 kali dan tidur siang. Nominal pembayaran yang termasuk murah, rentang antara 20-50 usd perbulan sudah termasuk segala fasilitas di dalamnya. Sangat menarik melihat sistem mereka belajar yang lebih ditekankan pada bermain dan kemandirian untuk melakukan segala sesuatunya sendiri.
Hampir sama dengan beberapa pola pendidikan di beberapa negara di luar negeri, pengajaran mengenai disiplin, antrian dan pola pergaulan dengan teman merupakan yang utama dibanding pelajaran membaca atau menghitung. sesuatu yang unik adalah penekanan budaya dimana mereka membiasakan diri untuk mengadakan pementasan (prasnik) minimal setahun 3 kali. Anak anak dituntut untuk berkolaborasi dengan sesama untuk melakukan kegiatan seni drama, menari dan menyanyi dan kemudian mengundang orang tua untuk menyaksikannya
Apabila sempat mengunjungi teater anak di Rusia, dimana mereka mempunyai program yang sangat menarik setiap minggunya, dari pembacaan cerita, pementasan balet dan drama. Selayaknya orang dewasa yang menyaksikan balet, di musim dingin mereka yang biasa memakai jaket tebal, menyempatkan diri untuk berganti pakaian formal seperti gaun dan jas untuk menghadiri pementasan ini. Pola yang ditanamkan sejak dini untuk beretika dalam hadir setiap pertunjukan merupakan kebiasaan awal untuk menghargai seni. Pementasan balet yang kurang lebih berlangsung 3 jam dengan masa jeda setengah jam, membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam menyaksikannya. Tidak boleh berbicara, makan dan minum, ataupun menyalakan telepon gengam merupakan syarat utama untuk datang ke tempat pertunjukkan. Melihat para penonton dengan usia 4-15 tahun yang dengan tekun melihat penampilan secara elegan, bisa dibayangkan apabila ini terjadi di Indonesia, mungkin akan terlihat kilatan blitz yang melakukan foto atau berbisik bisik. Teguran halus sampai keras akan terjadi apabila dilakukan di kota ini.
Menghargai musik dan seni bisa menumbuhkan sensivitas dari kepribadian seseorang, tidak hanya sekedar menjadi manusia yang pintar. Lupakan mengenai materi yang penuh sesak dengan soal soal yang kadang orang dewasa sendiri harus berfikir keras untuk menjawabnya. Saya teringat membaca soal adik saya yang kelas dua SD di Jakarta dengan pertanyaan pilihan, anak yang baik adalah : a. anak yang pintar, b. anak yang patuh kepada orang tua,c. anak yang suka membantu. Apabila tidak melihat dari teks sebelumnya saya mungkin juga tidak akan bisa menjawab pertanyaan yang terlihat sangat susah. Adapun jawabannya adalah sesuatu yang ditulis sama persis dengan definisi dalam teks sebelumnya, disini saya merasa bahwa untuk soal budi pekerti pun di negara kita harus bersifat hafalan tidak dengan pengertian.
Pada usia sekolah dasar di Rusia, saya teringat rekan saya yang memiliki anak yang baru masuk, dia bercerita mengenai pelajaran sekolah yang menyambungkan titik satu ke titik dua. Pada usia 8 tahun mereka mempelajari materi yang terbilang sangat “mudah”, di Indonesiaseusia itu mungkin sudah fasih berbahasa inggris, berhitung dasar yang mulai kompleks dengan bonus setiap hari mengeluh lelah dengan tugas sekolah dan les yang bertumpuk . Entah mana yang lebih baik.
Sebagai salah satu lulusan master sosial politik di Rusia, bisa sedikit saya gambarkan mengenai sistem perkuliahan yang termasuk menarik. Perkuliahan yang berlangsung setiap hari dengan jumlah mata kuliah hampir 10 persemester, makin terasa berat dengan cuaca yang pernah mencapai minus 31. Dalam beberapa mata kuliah ada salah satu syarat untuk mendapatkan nilai, yaitu mengumpulkan catatan setiap pertemuan. Sangat unik karena seperti kembali ke jaman sekolah dasar apabila kita di Indonesia.
Sistem ujian biasanya terbagi menjadi dua, lisan dan tulisan ditambah dengan mengumpulkan catatan, menjadikan motivasi yang besar untuk terus belajar. bagaimanapun ada ungkapan menulis hampir seperti 8 kali membaca. Dengan tehnology seperti saat ini, dimana hampir sebagian besar mahasiswa melupakan isi materi kuliah dengan asumsi dapat menyarikan dari internet, Rusia memliki pendekatan yang berbeda untuk menyentuhnya. Yang sangat menarik dalam penuliasan disertasi, dimana saya berdebat dengan dosen pembimbing yang menjelaskan format resmi dalam bab 1 adalah history atau sejarah. dalam tugas sehari hari pun, sejarah dari sesuatu hal memiliki porsi utama dalam penyajian. berbeda dengan sistem kita dimana landasan teori atau sistematik penulisan menjadi unsur pertama dalam penulisan tugas.
Penghargaan masyarakat terhadap sejarah di negara ini sangat tinggi, dimana ratusan museum yang ada di moskow tidak pernah sepi dari pengunjung. Program family and children day museum setiap bulannya, merupakan pemicu untuk lebih mendekatkan diri masyarakat dengan sejarahnya. Rusia merupakan salah satu negara dengan nasionalisme yang cukup tinggi, dimana materi tentang sejarah tercantum dalam mata pelajaran dari usia dasar sampai dengan lanjut. Peringatan hari kemerdekaan yang selalu dipenuhi dengan pengunjung, cerita tentang kisah Rusia masa lalu yang selalu diputar dalam media ataupun keseharian, seakan akan menyadarkan untuk para generasi muda untuk tidak melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak bisa melupakan sejarahnya baik itu pahit atau manisnya.
Penghargaan terhadap budaya yang mungkin sekarang mulai sedikit terlupakan dibandingkan dengan keinginan menjadikan anak super dan serba bisa. Anak yang bisa menghafal dan pandai berhitung dianggap lebih menjanjikan mempunyai masa depan yang lebih baik merupakan salah satu pemicu berjamurnya berbagai macam lembaga pendidikan bahasa, berhitung atau les pendidikan untuk anak dari usia dini. Faktor lingkungan dan sekolah pun terkadang juga mendorong habisnya waktu anak untuk pintar secara instan yang berorientasi pada hasil, mereka terus belajar mengingat bukan mengerti. Pendekatan budaya dan rasa kadang dipinggirkan untuk sekedar sebuah label anak hebat.
Tidak banyak yang bisa dipelajari dari Rusia, setiap negara memliki keunikan berbeda dan mempunyai kekurangan dan keunggulan tersendiri. Setidaknya ada yang bisa dipelajari dari sini, menumbuhkan kembali rasa cinta tanah air dengan menghargai jasa pahlawan dan perjuangannya, menghidupkan budaya Indonesia yang unik dapat menjadikan jalan untuk pembentukan manusia pintar dan berkarakter Indonesia( budaya timur yang sangat terkenal keramahannya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H