Rasa,
terkadang ‘tak disangka keberadaanya
kapan hadirnya,
dan kapan hilangnya.
*
Ketika rasamu
terpaut lembut hendak memanggil rasaku
menjadikan rasaku ‘tak menentu,
bimbang dan ragu
*
Disaat seluruh rasamu
hadir penuh harap padaku
‘ku tetap berpaling dari rasamu
Terdekap kuat dalam selimut ragu
*
Tanpa kusadari
Kini lembutnya rasamu berangsur layu
dan, berlalu…
hingga hatikupun, menjadi sendu
*
Sepi,
’serasa bumi berpijak pun sepi
hanya beberapa benda mati yang ‘ku dapati
‘tak berbunyi
*
yang ‘kuingat hanya bayang rasamu
bukan wujud nyata kelembutan hatimu
karena rasamu ‘tak mungkin lagi hadir untukku.
*
kini bayanganmu pun berangsur pergi,
meninggalkan rasaku disini
tanpa ada rasa iba di hati
*
meski beribu kali ‘ku pastikan rasamu dimana?
‘tak akan ‘ku dapati kembali rasamu disana
karena rasamu telah lari dari seribu makna
*
biarlah rasa ini menjadi saksi
karena kini,
rasa ini ‘tak bisa lagi dimaknai
*
Rasa hampa,
tanpa makna, tanpa nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H