Dibalik rimbunnya pohon kelapa dan gemericik air sungai kecil, hiduplah Arif, pemuda desa yang hatinya selalu haus akan ilmu. Sejak kecil, ia sudah terpesona oleh kisah-kisah para ulama dan ilmuwan yang menjelajahi dunia demi mencari pengetahuan. Setiap kali ia bertemu dengan orang tuanya atau guru-gurunya, mereka selalu mengingatkan tentang hadits yang mengatakan, "Menuntut ilmu sampai ke negeri Cina."
Arif mendengar kalimat itu begitu sering, sehingga ia memandangnya sebagai ajakan yang mendalam untuk menuntut ilmu, bahkan jika harus melakukan perjalanan jauh. Bagi Arif, itu bukan hanya sekadar perjalanan fisik ke negeri yang jauh, tetapi juga perjalanan spiritual yang mengandung makna besar. Namun, ia tak pernah tahu, apakah hadits yang sering didengar itu sahih atau hanya sekadar ungkapan yang tersebar di masyarakat.
Suatu hari, Arif memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam. Ia mendatangi seorang ulama yang dihormati di desa itu, yakni Ustaz Hasan, yang terkenal dengan kedalaman ilmu dan kewara'annya. Dengan tatapan penuh harap, Arif bertanya, "Ustaz, sering saya dengar ungkapan 'menuntut ilmu sampai ke negeri Cina'. Apakah hadits itu benar-benar ada, Ustaz?"
Ustaz Hasan tersenyum bijak dan mengangguk pelan. "Arif, kalimat itu memang sering kita dengar, namun sebenarnya itu bukanlah hadits yang sahih. Hadits tersebut termasuk dalam kategori hadits yang lemah atau bahkan tidak ada dalam kitab-kitab hadits yang terpercaya."
Arif terkejut. Ia berpikir, jika hadits itu tidak sahih, lalu mengapa kalimat tersebut begitu dikenal luas di masyarakat? Ustaz Hasan melanjutkan, "Meskipun hadits tersebut lemah, pesan yang terkandung di dalamnya tetaplah benar. Menuntut ilmu memang harus dilakukan tanpa batas. Tidak peduli jauh atau dekat, kita harus terus mencari ilmu, bahkan jika itu mengharuskan kita untuk berusaha keras, seperti perjalanan jauh menuju negeri yang sangat jauh."
Arif merenung sejenak. "Jadi, meskipun hadits itu lemah, maksudnya tetap baik?"
"Betul," jawab Ustaz Hasan. "Pesan itu bisa dipahami sebagai dorongan bagi kita untuk tidak berhenti belajar, baik di dalam negeri maupun luar negeri, baik dengan cara yang mudah maupun yang penuh tantangan. Ilmu itu luas, dan kita harus mencapainya dengan semangat yang tinggi. Namun, ingatlah bahwa mencari ilmu yang benar, yang bermanfaat, dan yang mendekatkan kita pada Allah adalah tujuan utama."
Arif merasa lega mendengar penjelasan Ustaz Hasan. Ia mulai memahami bahwa meskipun kalimat itu tidak berasal dari hadits yang sahih, makna di baliknya sangat relevan dan bermanfaat. Baginya, pesan itu kini bukan hanya tentang mencari ilmu ke tempat yang jauh, tetapi juga tentang tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimiliki, selalu ingin berkembang, dan selalu mencari cara untuk menambah ilmu yang bermanfaat.
Beberapa bulan kemudian, Arif melanjutkan studinya di kota besar untuk mendalami ilmu agama dan pengetahuan umum. Meskipun ia tidak harus pergi sejauh negeri Cina, semangat untuk menuntut ilmu tidak pernah padam dalam dirinya. Ia selalu ingat pesan dari Ustaz Hasan bahwa perjalanan ilmu itu tidak mengenal batas, dan setiap langkah kecil dalam pencarian ilmu adalah langkah menuju kebijaksanaan.
Di kota itu, Arif bertemu dengan berbagai pemuda yang memiliki tujuan yang sama: mencari ilmu dan memperbaiki diri. Ia pun belajar bahwa yang terpenting bukanlah seberapa jauh kita pergi, tetapi seberapa besar kesungguhan kita dalam menuntut ilmu yang bermanfaat, untuk dunia dan akhirat.