Satu bulan pertama perkawinannya, dia mendapatkan perlakuan yang sangat buruk dari suaminya. Jika dia terlambat pulang usai kuliah, suaminya akan mengurungnya di kamar. Belum cacian-cacian sebagai istri yang tidak menuruti perintah suami dengan tambahan ayat-ayat suci Al Quran dan hadist nabi yang meligitimasi aksinya.
“Aku dipukuli jika dia merasa aku berbuat salah, bahkan aku diikat di kamar beberapa kali karena dianggap tidak bisa menjadi istri yang sholehah”
Wajanya tampak tegar menceritakan masa lalunya padaku.
"Aku selalu bertanya-tanya, seperti inikah kehidupan rumah tangga? Kenapa berat sekali beban sebagai istri yang kurasakan? Apakah benar aku selalu berbuat salah sehingga pantas diperlakukan seperti itu oleh suaminya?"
“Sampai ketika aku dilarikan ke Rumah Sakit, kedua orangtuaku kaget, mereka menangis melihat kondisiku, dengan kondisi jiwaku yang setengah sadar. Aku diliputi trauma yang mendalam dan luka-luka fisik yang menambah berat kondisiku. Saking traumanya aku tidak berani melaporkan suamiku ke polisi atas kekerasan yang ia lakukan”, imbuhnya, seraya menebak yang akan kulontarkan seputar KDRT.
Setelah itu, mereka bedua bercerai di bulan November. Perkawinan yang berumur sangat singkat. Kedua orang tuanya sangat menyesali tragedi yang menimpa putrinya. Dan apakah penderitaannya selesai? Rupanya tidak. Di lingkungan kampus, dia dianggap janda murahan, digoda yang berbau melecehkan, dianggap perempuan murahan yang gampang diajak kencan, dan tatapan-tatapan sinis dari orang lain yang merendahkan stasusnya.
Padahal di masa itu, dia berjuang keras agar bisa lepas dari jerat trauma yang hampir 2 tahun merenggug hidupnya. Dua tahun setelah perceraian bukan berarti jalan cerah yang dia dapatkan, namun dia harus memulihkan kondisi fisik dan psikis yang sudah tercabik-cabik sebelumnya. Dan itu tidak mudah. Dia kadang menangis sendiri, mendadak merasa terabaikan, takut melihat laki-laki, dan merasa terkucilkan oleh lingkungannya.
Namun dia perempuan tegar dan tangguh. Dia mampu bangkit dan menghalau trauma yang melanda jiwanya.
Rupanya, Laki-laki yang dipacarinya dulu masih menyimpan perasaan cinta dan harapan kepadanya. Laki-laki itu sengaja datang setelah ia pulih, setelah dia mampu menyunggingkan senyum dan menaklukkan traumatisnya. Laki-laki itu sudah tahu semua yang terjadi dengan perempuan yang selalu ia cintai dan dengan sabar menunggu saat yang tepat untuk meminangnya.
Tahun ketiga setelah perceraiannya, mereka berdua menikah. Sekarang mereka dikaruniai satu orang putra.
“Aku sangat beruntung dia menerimaku apa adanya. Kamu tahu dek? Suamiku tidak pernah bertanya masa laluku, kenapa aku bercerai, dan apa yang terjadi di dalam perkawinanku yang pertama. Aku sangat bersyukur memiliki suami yang bisa menerimaku apa adanya”, dia menutup ceritanya dengan berkaca-kaca.