Mohon tunggu...
Eny DArief
Eny DArief Mohon Tunggu... Lainnya - An ordinary woman

Halloo, apa kabar?

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bagaimana Menyikapi Lingkungan Toxic di Dunia Kerja

16 Desember 2022   15:41 Diperbarui: 16 Desember 2022   15:59 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia kerja tentunya beragam isinya, tidak semua sama, dan pastilah ada kekurangan dan kelebihannya di setiap perusahaan.

Contoh,

  • Di perusahaan A, tapi Gajinya sedikit, tapi lingkungan kerjanya nyaman
  • Di perusahaan B Gajinya cukup, lingkungan kerja nyaman, tapi boss nya toxic.
  • Di perusahaan C Gajinya nyaman, tapi lingkungan kerjanya tidak nyaman.
  • Di perusahaan D Gajinya banyak, boss nya baik dan kondusif, tapi lingkungan kerjanya toxic.

Memang semuanya tidak ada yang benar-benar nyaman, ya namanya kerja sama orang, ibarat batur nderek ndoro (pembantu ikut majikan), pastilah banyak makan hati dan sedikit terhibur ketika tanggal gajian tiba, ketika tanggal itu tiba rasanya ingin selalu menyanyi  "gajian tlah tiba.. gajian tlah tiba, horee, horee, horeee" (dinyanyikan ala lagu Tasya "Libur tlah tiba") walaupun kemudian lembaran-lembaran itu hanya lewat doank :)

Ketika Anda mendapati kondisi kerja seperti pada perusahaan A atau B atau C atau D yang kepikir, bagaimana cara untuk Resign kemudian lompat ke perusahaan baru, yang kondisi semua-semuanya 'nyaman'.  Sulit Lur, kecuali perusahaan 'mbah mu'

Lalu bagaimana menyikapi ke empat kondisi diatas?

Sebagai seorang yang sudah lama berada di dunia korporat, sedikitnya saya mengalami ke empat kondisi tersebut, ayo kita sharing disini :

1. Perusahaan A, tapi Gajinya sedikit, tapi lingkungan kerjanya nyaman

Kalau Anda masih single bolehlah pertahankan pekerjaan ini sampai beberapa purnama, hitung-hitung ada hiburan dengan teman-teman yang wokeh dan selalu bikin ketawa. Kemudian wajib resign ketika dirasa kebutuhan hidup sudah tidak bisa berkompromi dengan gaji.

Tapi sebelumnya perlu diingat bahwa di luar sana ada banyak orang-orang yang mengantri untuk mencari kerja, bahkan berebut untuk suatu posisi. Jadi jangan gegabah melompat sebelum ada landasan. Anda harus dapat pekerjaan baru sebelum memutuskan resign.

2. Di perusahaan B Gajinya cukup, lingkungan kerja nyaman, tapi boss nya toxic.

Nah ini asik nih, gajinya cukup, teman-temannya asik, tapi boss nya reseh (hadehh..)

Tentunya kita tidak mau hanya sebatas Gaji cukup, ketika ada promosi pada sebuah jabatan artinya Gaji akan mengikuti kenaikan menyesuaikan jabatan.

Pada pengalaman saya, Boss Toxic benar-benar terjadi, aneh tapi nyata.

Ketika bekerja begitu lama dengan perusahaan tersebut, boss  sudah mengandalkan kemampuan saya, dan suatu ketika ada satu promosi jabatan yang cocok dengan kemampuan saya. Saya bicarakan kepada boss dimaksud untuk dapat mempromosikan saya untuk jabatan tersebut, tapi kemudian dia malah memberikan jabatan itu kepada karyawan lain dengan alasan yang tidak saya ketahui. Yang lebih sadisnya, saya diminta membimbing dan mengajari  ilmu yang saya punya kepada sang manager baru tersebut.

Belakangan saya mengetahui, kenapa saya di hold pada posisi saya, karena si boss tergantung dengan saya. Bahkan sampai saya sudah pindah ke perusahaan lain, seorang staff nya diminta telpon saya untuk menanyakan beberapa hal perkerjaan.

Lho, kan sudah saya serah terimakan sebelum saya resign. Ya, untuk peristiwa macam begini saya wajib resign, sampai akhirnya saya dapat pekerjaan yang benar-benar menghargai tenaga dan kemampuan saya.

3. Di perusahaan C Gajinya nyaman, tapi lingkungan kerjanya tidak nyaman.

Gaji sudah nyaman, artinya lebih dari cukup, mau apa lagi?

Hanya karena perkara satu atau dua orang toxic yang ada di lingkungan kerja, bukan berarti langsung tidak betah dan ingin pergi demi kesehatan mental dan jiwa. Perlu diingat bahwa orang-orang seperti itu tersebar di seluruh penjuru perusahaan, mau itu perusahaan yang bonafit, sampai ke perusahaan rintisan yang masih berskala kecil.

Cara mengatasinya,

  • Perkuat data-data dan bukti-bukti pekerjaan yang Anda kerjakan, karena bukan tidak mungkin 1-2 orang toxic tersebut menebar fitnah atau mengadukan hal tidak benar mengenai pekerjaan Anda kepada atasan. Apabila fitnah tentang pekerjaan itu terjadi, Anda punya bukti tertulis yang kuat dan valid yang bisa ditempelkan ke jidat penebar fitnah tersebut, supaya dia bisa lompat-lompat seperti setan di film-film China.
  • Perkecil lingkup pertemanan di perusahaan model begini
  • Pertebal iman.

4. Di perusahaan D Gajinya banyak, boss nya baik dan kondusif, tapi lingkungan kerjanya toxic.

Bila Anda ada di lingkup perusahaan seperti ini, tergantung dari bagaimana Anda menyikapi suatu pekerjaan. Buat saya ini sebuah situasi yang mendekati sempurna, walaupun seperti yang saya katakan diatas, tidak ada perusahaan yang kondisi semuanya nyaman. Namun apabila gaji besar, boss baik dan kondusif artinya boss telah menaruh kepercayaan kepada Anda, tapi teman-temannya SETAN. Ya udah lah, pertahankan pekerjaan Anda, toh mereka Setan, nafsi-nafsi aja, artinya masing-masing aja, jangan berteman, tapi tetaplah berhubungan sebatas profesional pekerjaan. Toh Anda disitu cari uang bukan cari teman.. iye gak :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun