Pada hari Sabtu tanggal 25 Januari 2014 lalu, Bangsa Indonesia telah memperingati Hari Gizi Nasional. Penanggungjawab nya secara nasional adalah Kementerian Kesehatan. Statistik terkini mengenai gizi adalah sebagai berikut: pertama, 1 dari 3 anak di ibukota kekurangan gizi (malnutrisi), kedua, 2 dari 3 anak di NTT kekurangan gizi (malnutrisi), ketiga rata-rata, 1 dari 2 anak Indonesia kekurangan gizi (malnutrisi). Kondisi ini mencerminkan data dimana 50% warga Indonesia masih hidup dengan kurang dari USD 2 per hari (standar kemiskinan Bank Dunia).
Kondisi ini menyebabkan kita, bangsa Indonesia "kalah" bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Kondisi ini juga yang mendasari pemikiran Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto untuk mencanangkan program Revolusi Putih.
Jika Prabowo Subianto mendapatkan mandat menjadi presiden, adalah cita-cita beliau untuk menjamin gizi anak-anak Indonesia dengan :
kembali menyalurkan susu putih ke seluruh SD di Indonesia, dan
Jika anggaran ada, untuk menyediakan makanan bergizi di semua SD di Indonesia. Pada tahun ini, diharapkan kita yang memiliki kemampuan untuk menyumbangkan susu untuk melakukan kembali Gerakan Revolusi Putih serentak di seluruh penjuru tanah air. Niat mulia semacam ini, tentu harus kita topang dengan sepenuh hati. Sebab, kalau saja semua anak-anak balita dan SD mampu mengkonsumsi susu dalam keseharian nya, maka harapan para "pendiri republik" yang mendambakan generasi yang cerdas, tentu akan dapat kita wujudkan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama lagi.
Peringatan Hari Gizi adalah momentum yang baik bagi kita untuk mengevaluasi berbagai kebijakan, strategi dan program pembangunan gizi yang selama ini dilakukan, sekaligus juga mengantisipasi berbagai masalah yang bakal kita hadapi. Hari Gizi juga dapat dijadikan sebagai introspeksi atas perkembangan gizi masyarakat yang selama ini dikesankan masih jauh dari apa yang diimpikan. Di beberapa daerah, masih terekam banyak nya balita kita yang menderita gizi buruk. Padahal bangsa ini sudah sepakat dalam mengarungi pembangunan, kita tidak mau lagi mendengar ada anak bangsa yang mengalami kekurangan gizi. Paling tidak, itulah salah satu pesan penting yang disampaikan dalam Undang Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Penting nya gizi dalam pembangunan, rupa nya mulai disadari dan baru beberapa tahun belakangan ini saja dijadikan kebijakan yang strategis. Dirumuskan nya Peraturan Pemerintah tentang Ketahanan Pangan dan Gizi, sebetul nya memberi gambaran kepada kita tentang perlu nya ditambahkan pengertian Gizi dalam Ketahanan Pangan. Ini perlu dicatat, karena sebelum terbit nya UU No. 18 Tahun 2012, pemahaman kita terhadap Ketahanan Pangan, tidak secara eksplisit memasukan makna gizi dalam regulasi yang ditetapkan Pemerintah. Akibat nya, Peraturan Pemerintah nya pun berbunyi Ketahanan Pangan. Sekarang Pemerintah baru sadar bahwa disamping Ketahanan Pangan itu ternyata ada juga yang disebut dengan gizi. Dari sinilah kemudian lahir regulasi tentang Ketahanan Pangan dan Gizi dalam sebuah kesatuan cara pandang.
Tahan pangan belum tentu akan tahan gizi. Orang boleh saja memiliki Ketahanan Pangan yang mumpuni, namun belum tentu diri nya bakal tahan gizi. Tahan pangan dan tahan gizi, pada dasar nya merupakan kondisi ideal yang ingin diwujudkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sebab, setiap bangsa yang sedang giat-giat nya melakukan pembangunan pasti mendambakan warga nya agar hidup sehat, cerdas dan kuat. Hal ini perlu disimak, karena yang nama nya tahan pangan dan tahan gizi sendiri adalah kondisi terpenuhinya pangan dan gizi bagi negara sampai dengan individu, yang tercermin dari tersedianya pangan dan gizi yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, merata, dan terjangkau serta sesuai dengan keyakinan, dan budaya, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Revolusi Putih yang dikampanyekan Prabowo Subianto, pada dasar nya merupakan pemikiran cemerlang seorang Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), yang mendambakan agar generasi yang akan datang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik dibandingkan dengan generasi masa lalu dan masa kini. Prabowo optimis, jika sejak anak-anak, mereka mampu mengkonsumsi susu dan diberikan secara rutin, maka selain mereka akan memperoleh gizi yang baik, mereka pun akan memiliki kecerdasan yang lebih baik. Itu sebab nya, kampanye Revluosi Putih perlu dikembangkan sepanjang jaman demi terwujud nya generasa yang tahan gizi dan cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H