Mohon tunggu...
Entang Sastraadmadja
Entang Sastraadmadja Mohon Tunggu... -

Mantan anggota DPR RI era Orde Baru | Anggota Kelompok Kerja Khusus Dewan Ketahanan Pangan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Agropreneur di Mata Prabowo Subianto

3 Juni 2014   03:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Agropreneur atau wirausaha bidang agribisnis, kini muncul menjadi pilihan bagi kaum muda guna mengembangkan diri sekaligus berkontribusi secara nyata dalam membangun bangsa dan negara. Mereka diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk aktif membangun dan mengembangkan pedesaan, khusus nya di bidang pertanian. Selama ini, potensi yang melimpah di pedesaan belum optimal dimanfaatkan. Dalam benak Prabowo Subianto Calon Presiden 2014 -2019 dari Partai Gerakan Indonesia Raya alias Gerindra, jika kawasan pedesaan maju dan memiliki peradaban yang tinggi serta sumber daya manusia berdaya saing, hal itu sama dengan membangun Indonesia secara keseluruhan. Untuk itu, jika mendambakan Indonesia yang maju, tidak bisa tidak, harus dimulai dengan membangun desa.

Perdebatan soal "membangun desa" dan "desa membangun", rupa nya sempat mengemuka menjadi bahan analisis yang cukup dalam dari berbagai macam kalangan. Terjadi perbedaan tafsir dan persepsi dari pihak Pemerintah, Dunia Usaha, Akademisi dan Komunitas. Membangun Desa dianggap kurang memperlihatkan kemandirian dan profesionalisme, karena dalam pemahaman semacam ini, Desa lebih diposisikan sebagao "obyek". Padahal, seirama dengan spirit Otonomi Daerah, mesti nya Desa juga punya kewenangan untuk menentukan jalan hidup nya sendiri. Membangun Desa, seolah-olah ada kooptasi dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sedangkan Desa Membangun dimaknai sebagai suasana yang lebih memberi kesempatan kepada Desa untuk berkreasi dan berijtihad dalam melaksanakan pembangunan, sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan Desa nya sendiri. Beberapa pihak menilai, istilah Desa Membangun akan memungkinkan warga desa terlibat secara aktif dan lebih bertanggungjawab atas apa-apa yang bakal dilakukan nya. Mereka dituntut untuk tampil sebagai aktor utama pembangunan di desa nya, dengan harapan mereka pun rela untuk membawa "samurai" dalam setiap kegiatan nya.

Agropreneur sendiri diharapkan mampu tampil sebagai "prime mover" dalam menggerakan masyarakat desa agar ikut berkiprah dalam usaha pertanian yang digarap nya. Mereka ini dituntut untuk dapat memberi pencerahan kepada masyarakat desa terkait dengan penting nya pengembangan agrobisnis dalam kehidupan nya. Desa yang selama ini dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah, sesungguh nya merupakan potensi dan bahan dasar dalam pembangunan agribisnis. Justru yang masih membutuhkan penataan lebih jauh adalah sampai sejauh mana para agropreneur ini dapat "mengajak" masyarakat desa untuk sama-sama terlibat di dalam nya.

Desa Membangun, tidak cukup hanya dengan menata infrastruktur yang sifat nya fisik material. Lebih jauh nya lagi, kualitas sumber daya manusia di pedesaan pun mutlak memperoleh perhatian yang serius. Seiring dengan semangat mewujudkan desa peradaban, tentu kehadiran agropreneur menjadi unsur yang sangat menentukan dalam menyiapkan para wirausaha baru di bidang pertanian, yang memiliki komitmen kuat untuk membangun dan menumbuhkan desa yang ditempati nya. Itu sebab nya, agar spirit ini berlangsung sesuai dengan apa yang dirancangnya, maka tidak boleh tidak, pengembangan agropreneur ini perlu dikemas dalam sebuah "gerakan" yang sifat nya sistemik dan berbasis pada keinginan dan kebutuhan rakyat desa itu sendiri.

Gerakan Agropreneur dalam menumbuhkan wirausaha di bidang pertanian, tentu harus diawali oleh ada nya komitmen politik yang kuat dari Pemerintah. Pengalaman banyak menunjukkan, secara konsep apa pun yang kita rumuskan untuk membangun desa, terlihat sudah sangat sempurna. Namun, ketika konsep itu diterapkan dalam kehidupan nyata di lapangan, ternyata tidak pernah sesuai dengan apa yang ditargetkan. Akibat nya, wajar-wajar saja kalau banyak pihak yang menilai bahwa kita sebagai bangsa memang pantas disebut "jago konsep". Sayang, kita tidak pernah piawai dalam menterjemahkan konsep tersebut ke dalam langkah nyata di lapangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun