Ibundamu, tanah airmu, rakyatmu
Tak akan pernah bisa engkau kalahkan
Engkau merasa menang sehari semalam
Esok pagi engkau tumbang
Sementara Ibundamu, tanah airmu, rakyatmu
Tetap tegak di singgasana kemuliaan
(Emha Ainun Nadjib/"Ibu, Tamparlah Mulut Anakmu-Sekelumit Catatan Harian"/2000/Zaituna/PadhangmBulanNetDok)
Kehidupan bernegara itu ibarat kehidupan rumah tangga. Pemerintah sebagai suami, rakyat sebagai istri. Namun rakyat Indonesia tak kunjung memilih suami yang manusia. Rakyat Indonesia adalah janda yang sepanjang sejarah menunggu untuk digilir diperkosa, simpul Emha. Pertama kawin dengan Orde Lama, namun dikhianati. Saat berganti suami Orde Baru juga masih bernasib sama, bahkan itu berlangsung cukup lama. Lalu girang karena bertemu suami baru bernama Reformasi. Ternyata suami baru ini, “lebih brutal, lebih tidak bermoral, lebih rakus, dan lebih terang-terangan untuk tidak bertanggung jawab”
Diambil dari buku Emha Ainun Nadjib Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki
Sondang Hutagalung, demikian nama pemuda itu, mahasiswa Univ Bung Karno tsb membakar dirinya di depan Istana negara beberapa hari lalu, Sondang menghembuskan nafas terakhirnya 10/12 setelah sebelumnya sempat mendapat perawatan intensif di RSCM. Saya tidak pernah mengenal Sondang sebelumnya, namun saya merasakan apa yang dia rasakan, tadi pagi membaca tulisan Agnes Hening Ratri :Sondang, Sang Revolusioner Telah Pergi tulisan yang sangat luar biasa
lalu bagaimana tanggapan pemerintah soal kasus bakar diri ini ?? presiden melaui Staf Khusus Presiden Bidang Politik, Daniel Sparingga, mengatakan kepada VOA Minggu sore, bahwa Presiden Yudhoyono menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas terjadinya peristiwa tersebut. sedangkan Sekretaris Kabinet Dipo Alam melalui Antaranews menyesalkan kasus bakar diri di depan Istana Negara.
Hanya itu, apakah Cukup dengan manisnya ucapan bela sungkawa ? jika pak presiden punya hati tentu dia berpikir kasus ini adalah puncak dari ketidak seriusan pemerintah menyelesaikan masalah masalah yang ada.
Selain protes Sondang ada banyak protes yang sudah dilakukan, artis gaek Pong Harjatmo nekat memanjat "gedung kura-kura" DPR dan menuliskan kalimat "JUJUR ADIL CERDAS". ada warga enam warga Cempaka Putih, Jakarta, mengubur diri karena menolak penggusuran. Mereka melakukan aksinya di pekarangan rumah mereka, Jalan Kompleks Perkantoran Rawa Kebo, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yang rencananya digusur pemerintah.
Menurut budayawan Emha Ainun Nadjib menyoroti bahwa rakyat kini sudah tidak mempunyai jalan keluar karena sistem yang resmi tidak mengakomodasi dan tidak pernah bertanya kepada rakyat. "Sistem pemerintahan sudah ada, sistem negara sudah ada, perwakilan rakyat juga sudah ada, tapi itu semua tidak mengakomodasi, maka akhirnya mereka mencari pola-pola solusi lain," ungkap Emha di Kompas 2/8/2010
Maklumlah, lanjut Emha, kalaupun rakyat menempuh jalur hukum toh di jalur ini ada dismanajemen dan kelemahan-kelemahan konstitusi, bahkan pada beberapa kasus mengisyaratkan hukum kita belum jadi. Kalaupun sudah nampak jadi, masih ada gangguan dari aparat yang curang. "Kalau jatuhnya vonis A, ternyata praktiknya B. Kalau kita kehilangan kambing, menempuh jalur hukum malah bisa kehilangan sapi," ujar Emha.
Menurut Emha, negara ini belum layak disebut negara atau belum berperilaku normal laiknya sebuah negara. "Ini untuk mengatakan negara ini batal untuk disebut negara."
Emha menambahkan, para petugas yang bekerja di pemerintahan dan para penegak hukum yang dibayar oleh rakyat belum berperilaku sebagaimana seharusnya. Maka tidak heran apabila muncul kasus-kasus seperti yang terjadi, termasuk yang sekarang dialami oleh enam warga Cempaka Putih, Jakarta Pusat itu. "Itu semua mencerminkan bahwa sekian lama kita membangun demokrasi, ternyata tidak sanggup meletakkan rakyat sebagai pemilik kedaulatan, sebagai pemilik negara, dan Tanah Air.
Bahkan, sudah menjadi gejala umum ada pemahaman pemikiran yang terbalik antara hubungan rakyat dengan negara, rakyat dengan pemerintah, dan pemerintah dengan negara.
"Banyak aparat yang tidak mengerti bahwa negara ini adalah milik rakyat. Contohnya, KTP itu bukan tanda pengenal yang harus diminta oleh rakyat dalam rangka mengabsahkan mereka sebagai warga negara. Rakyat Indonesia itu begitu lahir kan secara otomatis sudah menjadi warga negara. Nah, pemerintah itu dibayar untuk menandai tanpa diminta oleh rakyatnya."