Mohon tunggu...
Enry Nurfatirnajih Wulan Hermanto
Enry Nurfatirnajih Wulan Hermanto Mohon Tunggu... -

Guide me all the way (Allah Swt)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Percaya Tuhan

4 Oktober 2014   16:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Entahlah.. aku bingung, aku tak tahu harus bagaimana? harus senang atau sedih ? Aku terdiagnosa ewing sarcoma, disatu sisi aku harus merasakan sakit tapi disisi lain aku harus bersyukur karena itu suatu anugerah.

Pagi itu aku kembali beraktivitas seperti biasa, setelah 2minggu tidak masuk sekolah. Aku berangkat sekolah dengan naik sepeda, meskipun kaki ini yang terdiagnosa ewing sarcoma tapi aku tetap ingin terlihat kuat dan tidak menjadikannya beban. Ayah dan Ibuku terlihat sedih menatapku, tapi apa boleh buat ? merekapun tak bisa melarangku untuk tidak berangkat dengan naik sepeda karena memberi ongkos untuk naik angkutan umumpun mereka kesusahan.

"Ayah Ibu, Lila pamit berangkat sekolah assalamu'alaikum" Pamitku kepada mereka.

"walaikumsalam hati-hati nak" Jawab Ibu.

Aku menggoes sepedaku dengan semangat, tak sabar ingin bertemu Nita dan Tara sahabatku. Di tengah jalan, kurang lebih 500m dari rumah, kaki ini terasa sangat sakit. Akupun berhenti dan turun dari sepeda lalu duduk di teras ruko. "YaAllah kenapa kaki ini sakit sekali? kuatkan aku YaAllah, izinkan aku menggoes sepeda ini sampai di sekolah" Doaku dalam hati. Akupun segera melanjutkan perjalananku ke sekolah.

"Lila!" Teriak Tara memanggilku. "Tara, aku kangen banget sama kamu" Jawabku sambil memeluk Tara. "Aku juga kangen sama kamu Li, kok kamu udah sekolah sih? emang udah sembuh?" Tanya Tara sambil menatapku penuh tanda tanya. "Alhamdulillah udah mendingan Ra" Jawabku sambil tersenyum menutupi rasa sakit.

“Aduh yang lagi kangen-kangenan gue dilupain” Saut Nita. “Ahh lu mah gak dianggep Nit” Jawab Tara sambil tertawa. “Ihh jahat banget, gue kan juga kangen sama Lila” Jawab Nita sambil memelukku. “Iya aku juga kangen kok sama kamu Nit”Jawabku lirih.

Kami melanjutkan perjalanan menuju sekolah, sesampainya di sekolah kami berbincang-bincang mengenai pelajaran.

“Kriiing… Kriiing” (suara bel)

“Eh udah bel tuh ayo masuk” Kata Tara.

Akupun masuk kelas dan sudah siap untuk mengikuti pelajaran kembali.

Suasana kelas sangat mencekat ketika aku melangkahkan kakiku menuju meja, mereka menatapku dengan penuh rasa iba. “Kenapa ? Kenapa ? Kenapa mereka menatapku seperti itu ?” Aku bertanya-tanya dalam hati.

“Kenapa Li ? kok kaya orang bingung gitu?” Tanya Tara padaku.

Aku tak menjawab pertanyaan Tara, aku langsung duduk dan bersiap untuk belajar.

Guru sudah memasuki kelas, KBM berjalan seperti biasanya.

“Kriing…. Kriing…” (bel istirahat),

“Ayok Li kita ke kantin” Ajak Nita padaku.

“Ah nggak ah, aku bawa bekal” Jawabku dengan pelan.

“Oh yaudah deh kita ke kantin dulu ya Li!” Seru Tara! “Iya” Jawabku!

Aku memakan bekalku di dalam kelas sendiri, tiba-tiba kaki ini sakit lagi.

“YaAllah aku percaya akan semua rencana indahmu, buatlah aku kuat dan bersabar merasakan sakit ini” doaku (dalam hati).

Tapi sakit itu tak kunjung henti, penyakit ini seakan-akan menyerangku dengan sekuat tenaga.

Aku menatap benjolan yang ada di lututku yang sudah membesar ini, sedih melihatnya tapi aku percaya bahwa Allah mempunyai skenario yang indah untuk hidupku. Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar kemampuan. Jam menunjukkan pukul 09.00 WIB, aku berusaha jalan menuju mushola untuk sholat dhuha.

Usai sholat dhuha kaki ini semakin sakit! sakiiiiittt sekali!, aku terjatuh karena tak kuat menahan sakit ini.Seseorang menolongku, entahlah itu siapa?! Aku tak mengenalinya karena pengelihatanku remang-remang.

2hari kemudian…

“Dimana aku ? pusing banget” Tanyaku pada seorang wanita yang berdiri disampingku.

“Kamu sudah sadar nak? Kamu di rumah sakit, 2hari kamu tidak sadarkan diri” Jawab wanita itu.

Seketika aku mengingat ketika aku terjatuh usai sholat dhuha, “kayak ada yang kurang, apa ya?” Tanyaku dalam hati.

Aku membuka selimut yang menyelimuti badanku, “YaAllah!” Jeritku.

Aku sangat kaget, perasaanku tak menentu. Aku kehilangan kakiku, kaki yang selalu mendekatkanku dengan Allah karena sakitnya.

“Kakimu harus diamputasi nak! agar kanker itu tak menyebar” kata wanita itu padaku.

Aku sangat terpukul akan hal ini, “sekarang aku cacat, aku tak bisa lagi menggoes sepeda ke sekolah” Pikirku. Tapi aku tak berputus asa, aku percaya ini semua bagian dari skenario Allah yang terindah untukku.

3hari kemudian aku sudah diperbolehkan untuk pulang, aku sangat senang sekali bisa cepat pulang. Sesampainya aku di rumah, ada seorang kakek tua yang menghampiriku.

“Perkenalkan saya Anggoro pemilik sanggar PERMATA yang berada disebelah pertigaan jalan” Sapa kakek itu padaku.

Ternyata dia pemilik sanggar PERMATA, yaaaa.. siapa yang tidak tahu sanggar PERMATA? Sanggar yang terkenal akan karya anak-anak yang sangat berkelas. Aku tersenyum menatap kakek itu, “Saya Lila kek” Jawabku sambil bersalaman dengannya.

Aku berbincang-bincang dengan kakek Anggoro di teras rumah didampingi oleh Ayah dan Ibuku, ternyata kakek Anggoro menawariku untuk belajar di sanggarnya dengan gratis.

Aku bingung kenapa kakek Anggoro menawariku untuk belajar di sanggarnya sedangkan aku hanya anak cacat dan tidak kaya seperti mereka yang belajar di sanggar PERMATA.

“Lila, apakah kamu mau nak belajar di sanggar kakek ?” Tanya kakek Anggoro padaku.

“Hmmm.. Saya masih bingung kek” Jawabku!

“Loh bingung kenapa Lila ? Kakek sudah pernah melihat lukisan kamu dan itu sangat indah sekali, kamu mempunyai bakat melukis dan itu harus dikembangkan!” Seru Kakek Anggoro!

“Ooo.. Jadi Kakek pernah melihat lukisanku sehingga dia mengajakku untuk belajar di Sanggarnya” Pikirku dalam hati.

“Bagaimana Lila ? Apakah kamu mau ?” Tanya Ibu padaku.

“Iya Bu Lila mau belajar di Sanggar Kakek Anggoro” Jawabku bersemangat!

“Baiklah, besok kamu datang ke Sanggar jam 3 sore langsung temui Kakek” Kata Kakek Anggoro!

“Iya Kek, Lila pasti datang” Jawabku!

Sore itu setelah pulang sekolah aku segera bersiap untuk pergi ke Sanggar Permata. Aku tak sabar ingin melihat karya – karya yang ada disana, tapi tiba – tiba muncul keraguan dalam hatiku. Aku takut bila nanti ada yang mengejekku karena aku cacat dan tidak kaya seperti mereka.

“Lila ayo cepat kita berangkat!” Seru Ibu padaku.

“Iya bu, ayo kita berangkat” Jawabku!

Ibu mendorong kursi rodaku dan mengantarku sampai sanggar. Sesampainya disana aku dan ibu langsung menemui kakek Anggoro.

Kakek Anggoro mengantarku sampai di ruang kelas dan menyuruhku untuk memperkenalkan diriku kepada mereka yang akan mejadi teman baruku.

Akupun memperkenalkan diriku dan ternyata respon mereka positif. Aku sangat senang sekali ternyata mereka tidak sombong seperti apa yang aku fikirkan. Mereka sangat baik dan tidak ada satupun yang mengejekku karena aku cacat. Dan mulai hari itu aku belajar di Sanggar Permata, sanggar yang menjadikanku pelukis yang sekarang cukup dikenal.

Terimakasih YaAllah semua ini adalah anugerah-Mu, Kau membuatku menjadi gadis yang tegar melewati ini semua dan ini hadiah yang terindah dalam hidupku. Semua rencana-Mu adalah yang terbaik untuk hidupku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun