Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok telah menjadi salah satu platform media sosial paling populer di dunia. Dengan lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan, TikTok mengumpulkan dan mengelola data pribadi dalam jumlah besar. Namun, popularitas TikTok juga disertai dengan kontroversi terkait privasi dan keamanan data. Pada tahun 2022 dan 2023, berbagai laporan mengungkapkan bahwa TikTok mengumpulkan data pengguna secara agresif dan potensial mengirimkannya ke pemerintah China.
TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan China, ByteDance, telah menjadi sorotan utama dalam perdebatan global tentang privasi data. Platform ini menghadapi pengawasan ketat di berbagai negara karena diduga melakukan praktik pengumpulan dan penyimpanan data yang mengancam privasi pengguna. Pada tahun 2022, Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) menemukan bahwa TikTok gagal melindungi privasi anak-anak dan remaja, serta melakukan pengumpulan data lokasi dan biometrik tanpa izin yang memadai.Â
Laporan dari BuzzFeed News pada tahun yang sama bahkan menyebutkan bahwa data pengguna AS dapat diakses oleh karyawan di China, meningkatkan kekhawatiran serius tentang keamanan nasional dan privasi individu. Isu ini tidak hanya mempengaruhi hubungan internasional antara negara-negara Barat dan China, tetapi juga meresahkan publik tentang keamanan data pribadi mereka. Dalam konteks meningkatnya kekhawatiran ini, penting bagi TikTok dan perusahaan sejenis untuk mengevaluasi dan mengadopsi praktik pengelolaan data yang lebih etis.
Melalui tulisan ini, saya beropini dalam posisi kontra sebagai kritik terhadap praktik pengumpulan dan penggunaan data oleh TikTok, dengan menegaskan bahwa pendekatan perusahaan tersebut melanggar prinsip-prinsip etika bisnis yang mendasar. Melalui analisis kasus ini, kita mempertimbangkan bagaimana penerapan etika yang ketat dapat menghindari penyalahgunaan data dan melindungi hak-hak individu.
Dalam konteks ini, saya akan membahas teori etika bisnis melalui dua pendekatan yang terjadi dalam kasus ini, yaitu :
- Perspektif Deontologis
Dari sudut pandang ini, TikTok memiliki kewajiban moral untuk menjaga privasi dan keamanan data pengguna mereka tanpa pengecualian. Mengabaikan kewajiban ini, meskipun mungkin menguntungkan secara finansial dalam jangka pendek, adalah tindakan tidak etis karena melanggar hak dasar pengguna atas privasi.
- Perspektif Utilitarian
Dalam pandangan utilitarian, tindakan TikTok dapat dievaluasi berdasarkan dampak keseluruhannya terhadap kesejahteraan publik. Jika praktik pengumpulan dan pengelolaan data TikTok menyebabkan ketidakpercayaan publik dan potensi bahaya bagi keamanan pribadi pengguna, maka secara utilitarian, tindakan ini dapat dianggap merugikan dan tidak etis.
Keduanya mengajarkan pentingnya mematuhi etika dalam pengelolaan data untuk mencegah kejadian seperti yang terjadi dalam kasus TikTok. Akibat dari pelanggaran etika ini termasuk denda, pembatasan oleh pemerintah, dan kerugian reputasi yang signifikan bagi perusahaan. Hal ini menegaskan bahwa mengabaikan prinsip-prinsip etika dalam penggunaan data dapat memiliki konsekuensi serius, baik secara finansial maupun reputasional.
Bagaimana solusi alternatif perusahaan dapat menangani masalah etika tersebut? Untuk menghadapi tantangan etika dalam penggunaan data, perusahaan dapat menerapkan serangkaian langkah kunci. Perusahaan harus meminta izin eksplisit dari individu sebelum mengumpulkan dan menggunakan data mereka, dengan kebijakan privasi yang jelas dan mudah dimengerti. Perusahaan juga perlu menerapkan prinsip minimasi data untuk hanya mengumpulkan informasi yang benar-benar diperlukan, sesuai dengan regulasi seperti GDPR. Selain itu, perusahaan perlu meningkatkan keamanan data dengan pengaturan kontrol akses yang sistematis dan ketat. Audit reguler dan mematuhi peraturan privasi juga harus dijalankan oleh badan independen atau pengawas internal. Lalu yang tidak kalah penting adalah edukasi bagi konsumen mengenai hak privasi mereka dan pelatihan etika bagi karyawan dapat meningkatkan kesadaran serta memastikan praktik pengelolaan data yang etis dan bertanggung jawab.
Kasus TikTok menyoroti pentingnya etika dalam penggunaan data konsumen. Mengabaikan prinsip-prinsip etika seperti utilitarianisme dan deontologi dapat membawa dampak negatif yang luas, termasuk pelanggaran hak-hak individu dan kerugian reputasi perusahaan. Dengan menerapkan transparansi, prinsip minimasi data, keamanan data yang kuat, audit reguler, dan edukasi yang baik, perusahaan dapat menggunakan data konsumen secara etis dan bertanggung jawab. Hal ini tidak hanya untuk melindungi hak-hak konsumen tetapi juga membangun kepercayaan dan keberlanjutan bisnis di era digital ini.
Referensi