Mohon tunggu...
Enok Ratnayu
Enok Ratnayu Mohon Tunggu... Guru - Guru

Enok Ratnayu seorang ibu rumah tangga yang juga seorang guru. Tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, religi, psikologi, filsafat, sastra, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Film Ayat-Ayat Cinta 2

21 Maret 2023   10:31 Diperbarui: 21 Maret 2023   14:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Film Ayat-Ayat Cinta 2 adalah salah satu film yang sarat dengan nilai religius. Mengapa demikian? Karena selain settingnya bernuansa religius, penulis novel yang diadaptasinya pun yaitu Habbiburahman El Sirazy satu almamater dengan Ustad Abdul Somad, yaitu dari Universitas Al Azhar Kairo. Dan yang paling penting, pesan yang muncul dalam film tersebut adalah realisasi cinta dari ayat-ayat Alquran.

Fahry yang kehilangan Aisha selalu merindukan istri tercintanya tersebut. Dalam kondisi kehilangan ia mewujudkan rindunya dengan selalu mengingat dan merealisasikan pesan sang istri tercinta yang sangat peduli sosial, menebar kasih sayang, selalu menolong orang yang membutuhkan; yang intinya menunjukkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamiin!

Fahry punya tetangga, keluarga Keira. Keluarga ini sangat membenci muslim, termasuk Fahry karena ayah Keira terbunuh dalam serangan bom di London. Akibatnya keluarga Keira jatuh miskin. Keira yang sangat berbakat bermain biola, akhirnya harus berhenti kursus karena tidak memiliki uang lagi. Namun diam-diam Fahry yang memiliki banyak uang karena ia seorang dosen dan juga pengusaha, membayar dan mengirim guru biola untuk Keira, hingga akhirnya Keira sukses. Keira tak pernah tahu siapa yang menjadi jembatan kesuksesannya. Setelah tahu Fahry yang membantu, barulah Keira dan keluarganya sadar bahwa "Islam itu tidak jahat!"

Fahry juga punya tetangga orang Yahudi, yaitu Nenek Catarina. Ia tinggal sebatang kara. Suatu hari rumah nenek Catarina dijual oleh anak tirinya yang terlilit hutang. Nenek Catarina diusir paksa. Fahry lalu membeli kembali rumah Nenek Catarina dan Nenek Catarina kembali tinggal di rumahnya.

Semua ini Fahry lakukan karena semata-mata ingin menunjukkan bahwa Islam itu baik, Islam itu cinta damai, Islam itu suka menolong, dst. Inilah "Ayat-Ayat Cinta" yang sesungguhnya.

Andai dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini para guru menebar "Ayat-Ayat Cinta", mendidik para siswa dengan keteladanan, mungkin kita tidak perlu susah-susah berteriak dalam brieffing, memberi ancaman hukuman, mencela kesalahan para peserta didik di muka umum, dan lain-lain yang hanya akan membuat mereka pecah hati. Bahkan mereka juga bukannya menjadi simpati, tetapi antipati.

Siswa tak boleh nyontek, tetapi ada guru pemenang karya inovatif bahkan sampai tingkat nasional, ternyata karyanya tersebut milik teman juniorniya yang diklaim miliknya. Bila seperti ini yang terjadi, lebih berat manakah kesalahannya bila dibanding siswa yang nyontek ketika ulangan (?)

Saya seorang guru bahasa Indonesia. Dalam KBM kami, hal yang harus ditularkan kepada siswa adalah keterampilan berbahasa yang terdiri dari membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Bila saya tak pernah datang ke perpustakaan, tak pernah meminjam buku, dan tak pernah membaca buku; masih pantaskah saya mengajarkan keterampilan membaca (?)

Mungkin tahap selanjutnya saya juga harus pandai menulis, dan juga berbicara, baik sebagai moderator atau bahkan narasumber .... He he he ...ini betul-betul tantangan nostalgia ketika saya "doeloe" aktif di senat dan di HMI.

Alangkah indahnya bila saat ini saya bisa menunjukkan teladan positif untuk anak didik saya. Tentu saja idealnya tidak hanya yang berhubungan dengan mapel yang saya ampu saja, tapi juga hal lainnya yang berhubungan dengan pengembangan karakter positif. Misalnya saya sholat tepat waktu, selalu mengucapkan "terima kasih", "maaf", atau "minta tolong" di kala berinteraksi dengan mereka. Tidak berkata kasar atau melukai hatinya. Pokoknya menebar kebaikan.

Belum terlambat bukan, bila saya baru memulai (?) Inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk dari film.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun