Entah mulai dari kapan gua mulai baca buku The Davinci Code, karya Dan Brown ini - dan akhirnya selesai juga. Mungkin kalian bakal bilang "telat banget!" - kalo liat kapan tulisan ini diposting haha.
Dan emang gua bacanya telat banget. Karena satu dan lain hal gua harus menunda membaca buku ini untuk waktu yang lumayan lama = lama banget.
Selain itu juga gua bertekat untuk nggak mau nonton filmnya, sebelum selesai baca bukunya.
Kesan yang gua dapet setelah selesai baca buku ini, menegangkan, seru, membingungkan, mengagetkan, mencengangkan, dan sangat kagum bagaimana cerdasnya Dan Brown mampu menulis buku yang luar biasa ini. Pastinya perlu dilakukan riset yang panjang untuk bisa menggambarkan keseluruhan setting yang dituangkan dalam cerita yang begitu detail. Museum Louvre, kota Paris, Purri Villate, kota London, Gereja Templar, Big Ben, hingga Makam Sir Isac Newton. Semuanya begitu deskriptif. Tidak lupa teka-teki yang membingungkan, serta klimaks pada akhir cerita yang tidak diduga, bagaimana Sir leigh Teabing ternyata adalah sang Guru yang mensetir dan memperdaya Silas dan Uskup Aringarosa yang malang - untuk "membantunya" mendapatkan Holy Grail. Semuanya sangat mengagumkan, memberikan pengalaman membaca yang berkesan buat gua.
Seperti tekat gua setelah menyesesaikan unfinished business dengan buku ini - tentunya menonton filmnya!
Dengan excited gua buka folder film - seexcited kalo gua mau buka pintu kamar mandi karna udah nggak tahan pengen beol - akhirnya gua menemukan folder The Davinci Code! Yeah akhirnya gua nonton juga ini film.
Pada scene-scene awal, gua masih terkagum-kagum karena apa yang ada di layar monitor laptop gua sama dengan apa yang gua bayangin ketika gua baca novelnya! wow, asik banget asli, lu harus ngerasain sensasinya, puas banget rasanya - walaupun belom selesai ceritanya. Paling nggak rasa puas itu bertahan sampai 3/4 film berlangsung. Pada akhir-akhir film, gua agak sedikit kecewa karena ada beberapa adegan yang kurang sesuai dengan novelnya, contoh ketika Remy - pelayan Sir Leigh Teabing - "menampakan" mukanya, lalu bagaimana Leigh membunuh pelayannya itu dengan mencapur kacang dalam minuman keras - tidak dijelaskan bahwa ia alergi kacang hingga membunuhnya, kemudian yang paling mengecewakan adalah tidak ditampilkannya makam Sir Isac Newton dan "drama" berebut peta Holy Grail yang terjadi antara Robert Longdon, Sophie Nevue, dan Teabing - yang boleh gua bilang nggak gereget ! oiya satu lagi, hilangnya adegan di mana - pada scene akhir - tidak melibatkan adik Sophie yang seharusnya masih hidup, dan pertemuan ketiga keluarga - Sophie, adik, dan neneknya - yang seharusnya menjadi klimaks pada film ini.
Puas tentunya, bukan cuma karena gua akhirnya bisa nonton filmnya, tapi yang paling bikin puas karena gua akhirnya bisa menyelesaikan buku ini.
The Davinci Code
Recomended! (telat ya hehe)
Selanjutnya, Angels and Diamonds (kelanjutan novel ini) menunggu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H