Menarik membahas soal panti jompo yang katanya bukan budaya Indonesia.
Baru-baru ini ramai di berbagai media mainstrem dan media sosial, Ibu Risma, Menteri Sosial (mensos), yang menyebutkan panti jompo bukan budaya Indonesia tetapi bisa dikategorikan budaya barat.Â
Pernyataan ini tentu saja disambut pro kontra. Bagi yang pro, mengatakan memang budaya dan agama tidak menginginkan anak "membuang" orangtuanya ke panti jompo. Bagaimanapun anak sudah dirawat dan dibesarkan orangtua sedari kecil hingga dewasa.
Lalu ketika orangtua sudah renta, masa iya dititipkan ke panti jompo. Anak yang seperti ini banyak disebut sebagai anak tak tahu terima kasih dan balas budi ke orangtua.
Namun ada pula mereka yang kontra. Mereka bahkan mengatakan ibu menteri bisa berpendapat demikian karena memiliki anak dan kekayaan yang cukup, sehingga tak khawatir dengan masa tua.
Bagaimana dengan lansia yang miskin secara ekonomi dan harus dilindungi negara? Bagaimana pula dengan mereka yang tak memiliki keturunan hingga masa tuanya? Kepada siapa mereka bergantung? Pertanyaan netizen ini memang perlu menjadi pertimbangan tersendiri ketika membahas perlu tidaknya ada panti jompo kedepannya.
Tidak ingin tergantung anak
Sepupu saya, yang beberapa tahun lagi pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di bawah Kementerian Kesehatan, pernah mengungkapkan keinginannya untuk menjalani masa-masa pensiun dan masa tuanya kelak di panti jompo saja di daerahnya. Makanya saat ini, menurutnya, dia sudah menabung agar kelak bisa tinggal di panti jompo yang cukup layak walau mungkin kelak harus membayar mahal.
Apakah dia tidak memiliki anak? Jawabnya ada memiliki anak. Bahkan dua orang anak perempuan yang bisa dibilang cukup sukses. Anak pertamanya sudah menjadi lurah dan sudah berkeluarga. Sedangkan anak keduanya sudah menamatkan pendidikan di fakultas kedokteran dan menjadi dokter muda. Yang kedua ini belum menikah.
Salah satu alasan yang diungkapkannya adalah tidak ingin merepotkan anak-anaknya di masa tuanya kelak. Apalagi anak-anak sudah punya keluarga dan tentu punya beban kehidupan masing-masing.Â
Ada lagi yang berpikiran lain. Masih kerbaat dekat, bapak-bapak usia sudah 60 tahunan dan istrinya meninggal beberapa tahun lalu. Tiba-tiba kepikiran mau mencari panti jompo yang ada pesantrennya.
Alasannya biar fokus ibadah sekaligus berteman dengan mereka yang seumuran dengannya.Â