"Pulang Malu, Tak Pulang Rindu" (cuplikan lagu)Â
Lebaran sebentar lagi. Hari raya yang membahagiakan pastinya bagi umat Islam yang menuntaskan ibadah puasa Ramadhannya. Sekaligus tahun ini bisa pulang kampung kembali.
Ajang pulang kampung setiap tahunnya -- kecuali dua tahun terakhir -- bagi saya selalu jadi momen menggembirakan sekaligus mendebarkan.Â
Menggembirakan karena akan bertemu orang tua sekaligus keluarga dekat. Namun mendebarkan karena juga akan bertemu keluarga besar.
Keluarga besar? Iya. Karena dalam keluarga saya, bukan hanya keluarga inti dengan orang tua atau saudara kandung/ipar plus ponakan-ponakan, tapi juga mudik berarti harus menemui keluarga besar. Sebut saja, om tante dan anak-anaknya. Kemudian juga ada saudara yang sangkut pautnya saya juga bingung tapi terasa dekat sama orang tua. Mereka inilah yang dinamakan keluarga besar.
Di satu sisi, ada uniknya memiliki keluarga besar ini. Misalnya bila ada kegiatan seperti nikahan, mereka bisa " dikerahkan" untuk acara masak misalnya. Atau ada kegiatan lainnya yang memang melibatkan keluarga besar.
Namun di satu sisi, ya kita " dituntut" untuk berakrab-akraban dengan mereka. Minimal selama pulang kampung.
Ya kan, sehari-hari tidak bakal ketemu, Karena tinggal di lain kota. Bahkan komunikasi via WhatsApp juga hampir tak pernah. Jadilah lebaran jadi momen bertemu kembali dan silaturahmi sebenarnya.
Sayangnya kadang-kadang, momen bertemu yang harusnya apa adanya, tanpa beban dan ajang kangen belaka, sudah "dikotori" dengan beberapa pertanyaan yang tak perlu ditanyakan harusnya.Â
Mungkin niatnya berbasa-basi atau mencari bahan pembicaraan. Namun terkadang, ada yang mengganjal di perasaan masing-masing orang. bahkan bisa jadi membuat tersinggung. Inilah kadang yang membuat pulang kampung jadi membuat galau.Â