Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saya Pernah Jadi Korban Politik Kantor #3

6 Agustus 2014   14:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:17 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407278413591334471

[caption id="attachment_318039" align="aligncenter" width="500" caption="www.officepolitics.com"][/caption]

Sering kita mendengar bahwa seseorang menjadi korban politik kantor dan korbannya bisa menjadi menderita karenanya. Yang namanya politik sering diasosiasikan dengan sesuatu yang kotor. Seorang kawan hari ini bisa menjadi lawan besok.

Hal ini pernah saya alami waktu saya bekerja di suatu kantor dan saat itu saya merupakan pendatang baru. Bos saya memberikan kepercayaan yang cukup besar ke saya, dengan memberikan banyak tugas dalam waktu relatif singkat.

Saya pun berkawan akrab dengan seorang teman, sebut saja sebagai  X, yang telah bekerja cukup lama dan memegang jabatan strategis di HRD. X ini punya akses ke Presdir langsung, dan termasuk kesayangan si bos.

Suatu hari sesuai rapat Direksi yang dihadiri juga oleh si X ini, dia berbicara ke saya bahwa atas perintah si Presdir, beberapa tugas saya akan dialihkan ke orang lain. Saya kaget, dan kemudian saya bertanya apa sebabnya karena setahu saya, saya tidak melakukan kesalahan apa pun dan tidak ada teguran dari si bos. Dia tidak bisa menjawab sehingga saya berbicara dengan dia dengan nada yang lebih tinggi. Dia hanya mendengarkan saya saja.

Beberapa sahabat saya di kantor tersebut yang lebih mengenal sifat si X membuat saya bisa menerima kenyataan yang ada, karena memang ini bukan pertama kalinya dia berbuat demikian. Saya tetap bekerja sebagaimana diminta oleh si bos.

Beberapa waktu kemudian, pemilik perusahaan memutuskan bahwa demi efisiensi, maka beberapa perusahaan yang memiliki bisnis yang serupa, akan dimerger, termasuk perusahaan saya tsb. Persiapan dilakukan, termasuk oleh si X itu karena menyangkut penempatan karyawan di perusahaan yang merger. Kemudian diumumkan bahwa beberapa pejabat akan di PHK. Satu per satu karyawan diberitahu apakah akan tetap dipekerjakan atau di PHK.

Saya termasuk karyawan yang tidak di PHK dan diminta tetap membantu di perusahaan hasil merger tsb.

Saya terkejut waktu si X itu tiba-tiba datang ke ruang saya dan menangis. Saya tanyakan kenapa. Ternyata si X akan di PHK, namun karena masih punya tanggungan keluarga, maka dia tidak siap dan minta untuk tetap bekerja. Akhirnya dia boleh tetap bekerja, namun jabatannya diturunkan dan atasannya adalah ex asistennya dulu, yang sering konflik dengan dia di perusahaan sebelumnya.

Waduh, pantas saja dia kecewa dengan tindakan si Presdir yang baru. Cerita punya cerita, ternyata si Presdir baru ini tidak menyukai  si X karena sombong.

Si X ini dalam jabatannya yang baru, selalu "melawan" ke atasannya yang ex asistennya tsb, dan informasi ini sampai juga ke telinga si Presdir yang baru. Si Presdir mengambil tindakan tegas, bahwa si X harus di PHK segera. Akhirnya si X meninggalkan kantor itu dengan rasa marah yang sangat ke ex asistennya dan ke Presdir yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun