Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ritual Jum'at Agung (Good Friday) di Pampanga, Filipina

18 April 2014   16:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jum'at Agung (Good Friday)  adalah peringatan atas penyaliban dan wafat Yesus Kristus. Filipina, sebagai negara dengan sebagian besar penduduknya beragama Katolik, umat pada hari ini mengikuti peringatan tersebut di gereja-gereja. Umat akan mencium salib sebagai rasa hormat dan ungkapan terima kasih atas cinta kasih Allah.

Ada ritual Jum'at Agung yang terkenal dan mengundang banyak turis lokal dan mancanegara, termasuk dari Indonesia,  untuk hadir dan menyaksikannya. Lokasi ritual tersebut berada  di kota San Fernando, ibukota Provinsi Pampanga, yang kira-kira sekitar 80 km dari ibukota Manila.

Kalau Yesus disiksa dan disalib karena pengkhiatan dari salah satu muridnya, yaitu Yudas, ritual di San Fernando berbeda. Orang dengan sukarela disakiti / dipecut sampai berdarah-darah dan akhirnya tangan dan kakinya dipaku di kayu salib, tapi tentunya tidak sampai wafat.

Dari artikel yang saya baca di koran setempat, ritual tersebut dimulai sekitar 54 thn yl dan masih langgeng sampai sekarang. Ada seorang bernama Ruben Enaje yang dengan sukarela melakukan ritual tsb selama 28 x termasuk hari ini...

Pasti Pak Ruben mempunyai motivasi sehingga dirinya rela melakukan ritual tersebut. Menurut dia, awalnya hanya ingin melakukannya selama 9 X, sebagai ungkapan terima kasih setelah dia sembuh dari suatu musibah. Kemudian, dia melakukan lagi 9 X untuk kesembuhan anaknya, dan 9X terakhir adalah untuk kesembuhan istrinya.

Dia belum mau berhenti melakukannya karena katanya bagian dari iman yang diyakininya, terutama sebagai ungkapan terima kasih  atas kesembuhan anak dan istrinya, dan rejeki yang diterimanya.

Ternyata orang yang bisa melakukannya harus memiliki akhlak yang baik : bukan pemabuk, bukan pemakai narkoba, dan yang selalu setia kepada pasangan. Pak Ruben dikenal sebagai orang dengan akhlak yang baik dan suka menolong sesama yang dalam kesulitan. Si istri juga mendukungnya dengan menyiapkan paku yang direndam alkohol agar bebas bakteri.

Bagaimana sikap gereja Katolik terhadap ritual tersebut ?  Ternyata menurut Head of  Catholic Bishops Conference of the Philippines /Konferensi Wali Gereja Filipina, tindakan tersebut tidak dianjurkan, dan hanya akan bermanfaat kalau bertujuan untuk mengasihi sesama, bukan agar supaya difoto & terkenal.

Menurut Uskup gereja setempat, tindakan menyakiti diri sendiri tidak perlu dilakukan untuk melakukan pertobatan. Pertobatan bisa dilakukan dengan doa, beramal dan berbuat baik kepada sesama.

Saya sendiri tidak pernah berminat untuk menyaksikannya karena saya takut melihat darah, hanya menonton penyaliban di film pun (Passion of the  Christ & Son of God) , saya harus menutup mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun