Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pengalaman Saat Terkena Turbulensi di Pesawat

3 Februari 2015   15:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54 3389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap saat akan mengudara, pilot akan memperkenalkan dirinya, serta menjelaskan jarak tempuh serta tinggi jelajah penerbangan tersebut, ditambah dengan keadaan cuacanya. Kadang penjelasannya sulit dicerna, namun yang paling saya perhatikan adalah keadaan cuaca selama penerbangan.

Saya bukan type pemberani yang dalam keadaan cuaca apa pun nyaman terbang. Jika pilot mengatakan bahwa cuaca nyaman, saya merasa lega, namun kalau sebaliknya, saya sudah membayangkan akan mengalami banyak goncangan / turbulens di udara.

Ketakutan saya ini justru timbul sesudah saya sering terbang, karena dulu-dulu saya malah merasa nyaman-nyaman saja. Dulunya, saya punya pemahaman yang keliru, bahwa penerbangan ke luar negeri pasti aman, apalagi kalau jarak jauh. Pemahaman yang ternyata keliru karena beberapa pesawat dengan rute international juga bisa mengalami musibah.

Dari beberapa turbulens yang saya alami, ada dua yang benar-benar membuat jantung copot.

Yang pertama adalah saat saya menumpang direct flight Manila-Jakarta, berangkat  dari Manila jam 21.00 dan tiba di Jakarta 3,5 jam kemudian. Awalnya penerbangan lancar, tanpa goncangan sama sekali, kemudian sesaat sesudah  makan malam, saya merasa mengantuk dan memejamkan mata. Tiba-tiba pesawat terangkat ke atas dan kemudian terhempas ke bawah. Saya yang saat itu duduk di aisle seat kaget waktu melihat tetangga sebelah saya, seorang lelaki bule, yang masih memegang gelas minumnya, air minumnya sampai muncrat. Juga seorang Ibu dengan bayinya yang duduk di belakang saya, yang menjerit. Beruntung sesudah itu, pesawat kembali tenang, namun akhirnya saya tidak bisa tidur lagi. Selain itu, si bule itu juga lucu karena setiap kali meledek saya dengan membuat gerakan seolah-olah pesawat akan mengalami turbulens lagi.

Yang kedua, adalah saat penerbangan Hong Kong – Manila. Saat itu cuaca Hong Kong memang sedang jelek,topan dan hujan serta mendung seharian, akibatnya pesawat kami yang mestinya berangkat sekitar jam 21.00, delay sampai waktu yang belum bisa dipastikan. Sekitar jam 22.00, semua penumpang diminta masuk ke pesawat di bawah hujan deras yang bisa saya pantau lewat jendela pesawat. Pilot mengumumkan bahwa karena cuaca yang masih jelek, maka belum bisa terbang dan diminta tetap di dalam pesawat. Setelah menunggu dan menunggu, akhirnya pesawat diterbangkan sekitar jam 01.30, tetap di bawah siraman hujan lebat. Jadi, kami menunggu di dalam pesawat sekitar 3,5 jam lamanya.

Awal take-off, pesawat tidak mengalami guncangan apa pun, namun tiba-tiba pesawat terangkat ke atas dan terhempas ke bawah. Saya kemudian meraih tangan teman saya yang duduk di sebelah, sambil merasa cemas sekali dan badan rasanya lemas tanpa tenaga. Banyak yang teriak, namun herannya, seorang Bapak yang duduk di seberang saya, koq malah tertawa. Mungkin beliau senang mendengar teriakan dan kepanikan beberapa penumpang. Syukurlah penerbangan selanjutnya lancar, hanya sedikit guncangan.

Pengalaman mendebarkan tersebut membuat saya semakin tidak nyaman saat terbang, namun seperti pernah saya tulis sebelumnya bahwa saat mengalami turbulens,  saya akan melakukan hal-hal berikut ini:

--menaruh bantal kecil di punggung sehingga tidak terlalu merasakan goncangan, kalau tidak ada bantal, saya tidak bersandar ke punggung kursi

--menonton film yang lucu-lucu, jangan yang menyedihkan

--kalau goncangan keras, saya akan memegang tangan siapa pun di sebelah saya (Catatan : ternyata hal ini bukan monopoli saya saja karena saya pernah membaca seorang wanita petinggi suatu suratkabar top di sini, yang melakukan hal serupa saat terbang sendirian)

-- selain itu, sedapat mungkin saya tidak duduk di dekat jendela, namun di aisle, agar tidak bisa melihat kondisi awan

Walau pun katanya pesawat telah dirancang dengan sangat aman, dan menurut statistik, kecelakaan pesawat memakan paling sedikit korban, namun melihat beberapa kejadian yang tidak diharapkan belakangan ini, saya sering was-was..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun