Tentunya masih banyak yang ingat lagu anak-anak dengan judul “Amri Membolos”, yang liriknya mengajarkan agar murid-murid tidak membolos saat sekolah. Begini bunyi sebagian liriknya :
“Amri membolos, kata Bu Guru,
Jangan membolos, menyusahkan Ibu”
Saya tertarik untuk menulis artikel dengan judul di atas, karena tentunya hari ini dan beberapa hari ke depan, banyak orangtua yang direpotkan oleh anak-anaknya untuk masuk sekolah, baik untuk yang baru mau sekolah mau pun yang sudah sekolah. Bahkan beberapa hari yang lalu, saya mendengar seorang anak SLTA mengeluh, “Aduh sebentar lagi masuk sekolah”.
Bukan hanya anak-anak, orangtuanya pun, terutama yang baru saja menghabiskan masa liburan Lebaran, malas harus berangkat lagi ke kantor, dan yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta dan sekitarnya, akan stress di jalan karena menghadapi kemacetan, cuaca yang panas, serta alasan-alasan lain yang menyebalkan.
Sebagai Gubernur DKI, Pak Ahok main ancam mengancam terhadap PNS yang masih belum juga bekerja pada hari H sesudah libur Lebaran. Jadi, untuk P Ahok, lagu tersebut mestinya berbunyi “Jangan membolos, menyusahkan Bapak Gubernur dan masyarakat”.
Keinginan membolos atau menghindar dari suatu tugas, sangat manusiawi, termasuk saya. Walau pun menurut saya, saya termasuk yang anti membolos, namun keinginan tersebut sering terasa kuat. Bagaimana saya mencoba melawan diri untuk tidak membolos ?
1.. saya membayangkan bahwa jika saya membolos, saya akan merasa malu, bukan hanya kepada orang lain, namun terhadap diri sendiri, karena saya menipu mereka dan diri sendiri. Seharusnya saya menjadi pengawas atas diri saya sendiri, tanpa perlu menunggu pengawas dari orang lain
2..saya memikirkan tugas dan kewajiban yang akan saya telantarkan seandainya saya membolos
3..saya merasa bahwa membolos adalah suatu tindakan korupsi, karena walau pun tidak masuk, saya tetap akan menerima gaji
4..saya mengajarkan hal yang tidak baik kepada orang lain di sekitar saya, terutama kalau saya lebih senior dari mereka.