Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pelecehan Seksual (Menanggapi Kasus Pelecehan di JIS)

17 April 2014   14:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:34 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini kita dikejutkan (lagi) oleh adanya kasus pelecehan seksual di JIS, sekolah bertaraf internasional yang menurut ceritanya menerapkan aturan ketat dalam merekrut guru & karyawan-karyawannya.  Demikian pula dengan pengamanannya, namun koq bisa terjadi ? Diduga (atau sudah dibuktikan?) pelakunya adalah tenaga outsourcing yang bertugas di toilet.

Acapkali yang menjadi korban atas kasus pelecehan seperti ini, tidak mau mengumbar berita, dengan beberapa alasan pribadi, seperti misalnya : melindungi si korban yang mungkin anggota keluarga sendiri; belum tentu dipercaya oleh orang lain, dll.

Saya ingin mengaitkan kasus ini dengan kasus yang terjadi atas pelecehan di rumah. Rumah yang dianggap tempat dimana kita akan pulang, dan tentunya penghuninya harus merasa aman, tapi bukan tidak mungkin pelecehan terjadi, yang dilakukan oleh orang rumah.

Kasus ini menimpa seorang anak perempuan (sebut saja namanya G) berumur sekitar 11 thn yang tinggal bersama neneknya karena dekat dengan sekolahnya.  Di rumah neneknya, ada tante dan oom yang masih belum menikah. Sebagai bagian dari anggota keluarga neneknya, G merasa bebas seperti di rumah sendiri, contoh tidur dengan pintu kamar tidak dikunci.

Saat itulah, setan menghantui si oom. Tentu pembaca tahu apa yang diperbuat di oom. G  tidak tahu apa yang terjadi  karena kejadian ini berlangsung sekitar thn 1965, dimana berita-berita tentang seks masih tidak terbuka seperti sekarang. Anak-anak sekarang menjadi lebih "dewasa" dengan banyaknya bacaan-bacaan di media yang bebas diakses. Kejadian tidak hanya berlaku 1 kali.

G memendam segala derita itu sendiri, bahkan tidak berani cerita kepada siapa pun, sampai akhirnya memberanikan diri bicara dengan Romo pembimbing rohaninya. Menurut si Romo, kejadian tersebut tidak bisa dilupakan oleh si G, tapi G bisa memaafkan si oom yang lagi sakit keras dan saat itu hampir meninggal.

Dari kasus G di atas, hendaknya semua tetap waspada, biar pun di rumah sendiri. Setan mengintai di mana-mana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun