Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saya Pernah Dipersulit oleh Pejabat Lama waktu Transisi Tugas ke Saya

29 Agustus 2014   14:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:11 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409223736775005301

[caption id="attachment_321345" align="aligncenter" width="560" caption="www.newhdwallpapers.com"][/caption]

Pertemuan antara Presiden SBY dan Pak Jokowi di Bali mengundang banyak komentar, termasuk di Kompasiana. Sebagian besar komentar yang saya baca bernada positif dan memberikan dukungan atas inisiatif kedua pemimpin tersebut. Saya pun berpendapat demikian. Rasanya ini pertama kalinya seluruh Rakyat Indonesia menyaksikan seorang Presiden yang masih berkuasa bisa bertatap muka dengan wajah sumringah senang, dan bukan muram durja bermusuh-musuhan dengan calon penggantinya. Adeem rasanya, kata Cak Lonthong (coba lihat foto di atas, adem, kan?.)

Coba bayangkan kalau mereka mendatangkan "relawan pendukung" nya masing-masing menyerbu Ibukota seperti yang terjadi pada tanggal 21 Agustus 2014 yang lalu saat MK  mengesahkan Presiden periode thn 2014 - 2019. Bayangkan berapa kerugian mental dan fisik yang akan diderita kalau setiap hari kita disuguhi lelucon yang tidak lucu seperti itu. Makanya, saya pribadi salut habis kepada Pak SBY terutama, yang segera akan meninggalkan jabatannya dan digantikan oleh Pak Jokowi.

"Kemesraan" mereka menghasilkan beberapa kesepakatan, antara lain bahwa Tim Transisi yang dibentuk Pak Jokowi bisa berkomunikasi dengan jajaran pemerintahan sekarang. Sungguh bagus sekali program ini sehingga pejabat baru yang akan bertugas akan mengetahui  banyak hal terkait masalah, tugas, dan hal-hal lainnya, dengan demikian diharapkan transisi akan berjalan lancar dan mulus. Kalau pun ada masalah, kedua pihak bisa saling berhubungan dan berkomunikasi untuk menyelesaikan masalahnya.

Hal ini tidak sama dengan apa yang pernah saya alami berbelas tahun yang lalu. Saat itu saya diterima bekerja di suatu perusahaan dan tugas saya membawahi suatu departemen  baru. Departemen ini adalah pecahan dari departemen lain dan menurut bos saya, lebih baik dipecah agar tidak konflik dan bisa saling mengontrol.

Otomatis saya harus bekerja sama dengan teman (sebut saja A) yang sebelumnya membawahi departemen tsb. Hari pertama bekerja, saya datangi ruang si A dan bertanya dengan sangat sopan, hal-hal yang perlu dibahas bersama agar kedua departemen tetap bisa berjalan dengan baik, walau pun sudah dipecah.

Namun apa jawabnya, "Ibu keliru datang ke saya, seharusnya Ibu sendiri yang memberikan masukan ke saya". Lho, saya tidak keberatan memberikan masukan, tapi saya kan orang baru, mestinya si A dahulu yang memberikan informasi terkait pekerjaan dan tugas-tugas di departemen dia dong. Saya maunya program-program yang ada bisa tetap dilanjutkan, dan ini perlu pembahasan dari si A.

Begitulah, akhirnya bos saya yang menugaskan saya, mengetahui kalau si A tidak bersedia bekerja sama dengan saya, dan akhirnya dia ditegur. Ketidakmaunan dia bekerja sama dengan sama, mengakibatkan tidak selarasnya hubungan kedua departemen ini, dan akhirnya si A keluar dan mengajak hampir semua stafnya.

Berbeda saat saya di posisi sebaliknya, di mana saya akan meninggalkan tugas lama dan menyerahkan kepada pejabat yang baru. Semua hal saya informasikan, termasuk siapa "cem-cem" an si boss yang harus dirahasiakan, karena saya takut dia akan bicara keras-keras saat si "cem-cem" an menelpon. Maklum saat itu belum ada HP dan jabatan saya adalah Sekretaris President Director. Masa transisi sangat lancar dan sampai sekarang saya masih bersahabat dengan pengganti saya, termasuk juga dengan ex boss saya.

Pak SBY, terima kasih Bapak telah secara legowo membimbing Presiden yang baru demi kelancaran tugas-tugas Negara yang telah dipercayakan kepada beliau. Bukan ancaman atau pun hal-hal yang menakutkan yang Bapak perlihatkan kepada rakyat Indonesia, namun suasana adem ayem tentram...

Salamat Po...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun