Dalam suatu kesempatan ke Puncak bersama teman-teman kantor, kami mampir ke restoran yang dikelola oleh keluarga HOK Tanzil, karena saya tahu isterinya adalah ahli kuliner yang memiliki toko kue / restoran Ny Tanzil. Toko kue tersebut cukup terkenal di Jakarta saat sekitar tahun ’80 an.
HOK Tanzil yang aslinya adalah seorang dokter, sering menulis di Majalah Intisari, tentang petualangan kisah perjalanan ke ratusan negara di dunia, dan biasanya berkelana berdua dengan si isteri.
Saat kami mampir di restoran Puncak tersebut, secara kebetulan kami berjumpa dengan Pak Tanzil, yang sangat ramah dan suka mengobrol. Saya ingat waktu salah satu teman bertanya kepada beliau “Oom kan sering berkunjung ke banyak negara, koq tetap tinggal di Indonesia, apakah tidak ingin pindah ke negara lain ?”.. Apa jawabnya “Indonesia adalah negara yang paling nyaman untuk saya dan keluarga saya”.
Saya yang saat itu memiliki keinginan untuk bekerja di luar negeri dan menetap di sana, kaget mendengar ucapan beliau, yang saya anggap “orang gede”, karena terkenal dan memiliki usaha sendiri yang cukup besar.
Berbelas tahun kemudian sesudah berjumpa dengan beliau, tanpa sengaja saya ditugaskan bekerja di Manila, sesuatu yang tidak direncanakan sama sekali. Sudah beberapa tahun ini saya bekerja dan menetap di sana, dan kata-kata P Tanzil terbukti benar.
Saya ingin sedikit sharing tentang plus minus tinggal di luar negeri berdasarkan pengalaman dan pengamatan sendiri :
PLUSNYA :
1.. lebih bertoleransi terhadap perbedaan, misalnya dalam hal etika (di Filipina memberikan sesuatu dengan tangan kiri, merupakan suatu praktek yang umum), makanan (banyak makanan non halal), cara berpakaian (di kantor, banyak yang berpakaian non formal, misalnya celana jeans, kaos, dll)..
2.. lebih mandiri, misalnya saat awal mendirikan kantor beserta perizinannya, saya harus bisa mencari tahu sendiri, agar tidak menyalahi aturan yang ada.
3.. memiliki pergaulan yang lebih luas, misalnya saat menghadiri pertemuan-pertemuan resmi di kedutaan, saya bisa bergaul dengan banyak kalangan dari berbagai daerah di Indonesia
MINUSNYA :
1.. menjadi minoritas di negara orang. Karena minoritas, maka saya harus bisa lebih beradaptasi dengan orang lokal, dan lebih memilih mengalah kalau mengalami suatu masalah.
2.. jauh dari keluarga besar dan sahabat, terutama saat keluarga besar /sahabat mengadakan suatu acara dan saya hanya bisa mendengar ceritanya saja, demikian juga saat mereka berduka..
3.. mengalami perbedaan budaya / cultural shock. Walau pun sebenarnya Indonesia dan Filipina memiliki beberapa persamaan budaya, namun acapkali terjadi benturan juga, misalnya seperti yang saya sebutkan di atas : dalam hal etika, makanan, cara berpakaian
Karenanya, sesudah tugas saya selesai, saya tetap akan kembali ke negara tercinta Indonesia, walau pun sebenarnya Filipina menawarkan dan bahkan berpromosi untuk visa tinggal tetap bagi warga asing. Hiruk pikuk politik di Indonesia tidak menghilangkan cinta FULL saya kepada negara yang telah memberikan segalanya kepada saya.
Selamat kepada Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, semoga di bawah kepemimpinan Bapak, kedamaian selalu tercipta di bumi tercinta Indone
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H