Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tetaplah optimis menghadapi persaingan usaha & kerja (mengacu pada Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA)

5 Februari 2015   16:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:47 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, banyak hal yang tidak bisa kita hindari, artinya mau tidak mau atau suka tidak suka, kita harus menghadapinya. Dulu waktu kecil, saya pernah menyesal dilahirkan sebagai orang Indonesia, dan saya penginnya jadi orang Jepang. Mengapa ? Karena dari kacamata anak-anak,  negara  Jepang itu indah,  maju, orang-orangnya kaya, banyak mobil buatan Jepang, dll. Namun itu adalah impian anak-anak, yang mungkin banyak anak lain juga memimpikan hal yang sama.

Impian pasti berbeda dari kenyataan yang harus kita lihat, rasakan, hadapi, dengan segala suka dukanya. Hal yang ingin saya sharingkan adalah kenyataan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)  mulai diberlakukan tahun 2015 ini. Dalam kesepakatan di antara negara-negara ASEAN (Indonesia, Singapore, Filipina, Malaysia,  Thailand, Brunei, Vietnam, Myamar, Kamboja, Laos), diputuskan bahwa dalam rangka untuk meningkatkan daya saing ASEAN di dunia, maka diciptakan pasar bebas untuk modal, barang & jasa serta tenaga kerja professional untuk negara-negara tersebut.

Artinya bahwa negara anggota bisa saling menjual barang dan jasa dengan prosedur yang lebih mudah, selain juga terbuka bagi pasar tenaga kerja professional, seperti tenaga medis, pengacara, akuntan, dll. Dengan makin terbukanya penjualan barang & jasa, serta pasar tenaga kerja professional ini, pastinya persaingan akan semakin ketat. Siapa yang unggul akan lebih bisa berhasil.

Beberapa pandangan pesimisyang bisa saya himpun tentang kondisi Indonesia,  antara lain :

--mutu pendidikan yang kalah dari negara lain

--infrasturktur yang belum bagus

-- industri yang lebih pro impor dalam pengadaan bahan baku

--makin melubernya barang-barang impor yang murah

-- dll..

Nampaknya, hal-hal di atas lebih kepada tanggung jawab pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi MEA tsb, namun tentunya kita sebagai pribadi, tidak bisa selamanya tergantung dari pemerintah. Sebagai pribadi dewasa, kita harus mengantisipasi serta menghadapinya dengan langkah-langkah positif, dan tidak perlu khawatir serta pesimis, karena bagaimana pun juga itu adalah kenyataan hidup yang harus diatasi.

Menurut saya, ada piilihan-pilihan yang bisa Anda lakukan :

1.. tetap bekerja di Indonesia, namun pastinya karena menghadapi persaingan yang lebih sengit, maka kemampuan Anda sebagai seorang professional, adalah hal yang paling utama. Dengan pengalaman saya bekerja di luar negeri, Filipina, dan kebetulan memiliki rekan kerja serta asisten orang-orang lokal, saya tidak menyangsikan kemampuan professional tenaga kerja Indonesia.

Jangan terlalu khawatir dengan kemampuan berbahasa asing, seperti Bahasa Inggris, karena kemampuan berbahasa bisa dipelajari, dan sebenarnya Bahasa Inggris lebih mudah dipahami daripada bahasa-bahasa lain  seperti Cina, Jepang, Perancis, dll. Tidak semua bidang pekerjaan memerlukan kemampuan berbahasa asing yang prima, kecuali mungkin pengacara yang menangani kasus-kasus internasional.

2.. bekerja di Negara ASEAN yang lain. Saya berkawan dengan sedikit professional dari Indonesia yang bekerja di Manila, kebanyakan mereka adalah wakil dari perusahaan Indonesia yang beroperasi di Filipina. Walau pun nampaknya tenaga kerja professional Indonesia di Filipina tidak sebesar tenaga professional Filipina di Indonesia, namun hal ini menunjukkan bahwa kami bisa bersaing dengan tenaga lokal.

Selain kemampuan tehnis, tentunya kemampuan berbahasa asing di negara bersangkutan merupakan nilai plus agar Anda bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan partner lokal, paling sedikit kemampuan berbahasa Inggris akan sangat membantu.

Di samping kemampuan berbahasa, yang harus Anda perhatikan kalau bekerja di negara asing, adalah kemampuan Anda untuk menyesuaikan diri dengan budaya dan adat lokal, supaya Anda bisa diterima di sana. Bagaimana pun  atau betapa pun tingginya posisi Anda, Anda tetap minoritas di tempat tersebut, dan perlu dukungan orang lokal.

Banyak hal yang harus dikorbankan kalau jauh dari Tanah Air, a.l. : jauh dari saudara, sahabat, makanan Indonesia yang enak-enak,  dll, dan tentunya hal ini perlu dipertimbangkan masak-masak sebelum mengambil keputusan.

3..berwiraswasta di Indonesia. Dengan MEA ini, saya lihat adanya peluang usaha / memperluas jaringan usaha, sebab kalau selama ini pasarnya hanya lokal, namun sekarang ini produk Anda bisa dipasarkan ke semua negara ASEAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, saya melihat sudah lebih banyak  produk Indonesia  dipasarkan di Filipina.

Atau Anda bisa membuat usaha dengan marketnya orang-orang asing dari ASEAN tersebut, misalnya dengan membuka restoran makanan khas negara bersangkutan. Kawan saya pernah mendirikan restoran Indonesia di Manila, karena adanya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di call center atau di tempat lain.

Demikian sedikit pandangan menghadapi kenyataan baru yang segera menghadang kita semua, semoga bisa tetap optimis dan penuh percaya diri.

Selamat memenangkan persaingan, dan jangan sampai Indonesia kembali dijajah oleh orang asing, sehingga hanya akan menjadi penonton yang kalah di negaranya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun