Tujuh tahun telah berlalu, masihkah ingat dengan Jessica Wongso si pembunuh cantik bersenjata kopi? Kasus ini kembali menjadi perbincangan hangat di media masa setelah film dokumenter terbaru berjudul Ice Cold : Murder Coffe & Jessica Wongso yang di rilis oleh netflix belum lama ini.
Dalam film dokumenter tersebut kasus pembunuhan yang melibatkan Mirna Salihin dan Jessica Wongso di analisis secara mendalam. Kasus ini terjadi pada tahun 2016 di Jakarta, Indonesia.
 6 Januari 2016 Jessica Wongso  berjanjian akan bertemu di Olivier Cafe, Grand Indonesia, Jakarta dengan Mirna Salihin dan dua teman lainnya yakni Hani Boon dan Vera, teman – teman lamanya saat ia menempuh pendidikan di Billy Blue Collage, Sydney, Australia. Namun karena suatu kepentingan yang tidak bisa di tinggalkan Vera tidak bisa hadir tepat waktu pada jam yang di janjikan.
Pada hari yang dijanjikan, Jessica datang terlebih dahulu untuk reservasi pada pukul 15.30 WIB dan dilayani oleh resepsionis bernama Cindy. Akan tetapi pada CCTV terlihat gelagat mencurigakan dari Jessica, ia terus melihat keadaan di Cafe tersebut sebelum akhirnya memutuskan duduk pada tempat yang susah terjangkau oleh CCTV. Namun pada keterangan saksi Cindy, pemilihan meja nomor 54 dilakukan oleh Cindy sendiri selaku resepsionis yang bertugas kala itu dan kebetulan tempat yang tersisa pada saat itu hanyalah meja nomor 54. Saat sudah mendapatkan nomor meja, Jesicca terlihat pergi meninggalkan Cafe Olivier pada pukul  15.32 WIB dan kembali lagi pada pukul 16.14 WIB. Saat terlihat kembali menginjakkan kaki di Cafe Olivier pada pukul 16.14 WIB Jesicca membawa tiga paperbag di tangan kanan dan tas di tangan kiri.
Jesicca memesan minuman pada pukul 16.18 WIB yang dilayani oleh seorang barista bernama Rangga. Menurut kesaksian Rangga, Jesicca memesan es kopi  Vietnam. Pada pukul 16.24 WIB kopi disajikan kepada Jesicca oleh pelayan. Pertanyaannya, mengapa Jesicca memesankan mirna terlebih dahulu? Dijawab oleh jessica melalui persidangan. Persidangan yang berlangsung berbulan – bulan itu menampilkan group chat yang isinya Jesicca menawarkan kepada ketiga temannya menu pada cafe tersebut, namun yang menanggapi hanya Mirna. Mirna menjawab tawaran Jesicca dengan memesan sebuah es kopi vietnam.
Mirna datang bersama dengan Hani 52 menit setelah Jesicca memesan tepatnya pada pukul 17.16 posisi duduk yang masih terpantau oleh CCTV yakni dengan mirna berada di tengah, Jessica dan Hani di pinggir. Peristiwa nahas itupun terjadi pukul 17.18 WIB. Mirna meminum kopi yang dianggap mengandung sianida itu. Sontak saja reaksi tubuh Mirna yang kejang dan mulut mengeluarkan busa setelah meminum kopi tersebut membuat bukan hanya Jessica dan Hani, tetapi seluruh pengunjung cafe menjadi kaget. Staf yang menyadari peristiwa tersebut bergegas menghampiri Mirna yang sudah tergeletak lemas.
Berdasarkan kronologi yang dapat kami ceritakan di atas, film dokumenter, dan beberapa artikel yang banyak beredar, kami menemukan beberapa kejanggalan. Kejanggalan yang sampai sekarang masih simpang siur beredar di khalayak umum menggiring opini masyarakat menjadi semakin beragam.
Kejanggalan waktu yang tidak cocok jika dikatakan sebagai pembunuhan berencana. Saat jessica bertanya di grup chat untuk memastikan jam kedatangan teman-temannya, Mirna menjawab dia akan datang kisaran jam empat sore. Saat mengetahui hal tersebut, Jessica terlihat meninggalkan Cafe Olivier. Di jam 16.14 jessica kembali ke Cafe Olivier, namun jika memang Jessica akan melakukan pembunuuhan berencana kepada Mirna, seharusnya Jessica akan datang sebelum jam empat sesuai yang diberitahu oleh Mirna bahwa ia akan tiba. Padahal bisa saja Mirna datang sebelum Jessica kembali. Saat Jessica kembali ke Cafe Olivier, Jessica mendapati bahwa teman-temannya belum datang lalu kembali bertanya apakah teman-temannya ingin dipesankan terlebih dahulu. Namun hanya Mirna yang menjawab pertanyaan jessica, Mirna menjawab dia ingin memesan ice coffe vietnam. Tidak menunggu lama Jessica langsung memesankan sesuai apa yang diinginkan Mirna. Disini kami menemukan kejanggalan yang menurut kami tidak cocok jika dikatakan sebagai pembunuhan berencana. Bagaimana tidak, jika memang Jessica akan melakukan pembunuhan ia akan lebih pintar memilih waktu untuk memasukan racun kedalam kopi yang di pesan Mirna dengan datang lebih awal sebelum jam empat sore, namun ia datang pukul empat lebih, bisa saja Mirna telah datang sebelum ia kembali atau Mirna akan datang saat sebelum kopi tersebut di sajikan kepada Jessica, atau kemungkinan lain seperti Mirna akan datang saat Jessica memasukan racun kedalam minuman Mirna. Tetapi siapa sangka bahwa Mirna tiba di Cafe Olivier pada pukul 17.16 WIB.
Kejanggalan selanjutnya yaitu bukti pada Jessica tidak kuat dan hanya berlandaskan keyakinan hakim. Hakim memutuskan Jessica sebagai tersangka hanya berdasarkan bukti dari rekaman CCTV yang ada di Cafe Olivier. Salah satu kejanggalan yang membuat bukti pada Jessica tidak kuat yaitu mayat Mirna tidak di outopsi dan hanya di ambil sempel pada lambungnya. Alasan mengapa mayat Mirna tidak di autopsi karena permintaan dari keluarganya. Padahal jika mereka ingin mengetahui penyebab kematian Mirna langkah yang mereka ambil seharusnya menyetujui tindakan autopsi pada mayat Mirna. Di dalam film dokumenter kami memperoleh informasi bahwa mereka hanya melakukan pengambilan sempel dari lambung Mirna dan hanya di temukan sianida sebanyak 0,2 miligram pada lambung mirna. Menurut kesaksian kembaran Mirna yakni Sandy Salihin dalam salah satu cuplikan di film dokumenter tersebut, ia berkata bahwa mayat mirna berwarna biru pucat. Padahal menurut pakar medis ahli sianida, orang yang terdiagnosis mengkonsumsi sianida HBO2 nya tinggi sehingga menyebabkan mayat seseorang yang terbukti adanya sianida dalam tubuhnya akan berwarna merah ceri dan bukan biru pucat. Â Namun di masa sekarang ini beredar pengakuan ayah Mirna yang diwawancarai, ayahnya berkata dan memperlihatkan bukti berupa foto mayat Mirna berwarna merah ceri dan bukan biru pucat seperti yang dikatakan oleh kembaran Mirna. Selain dari warna mayat berwarna merah ceri, gejala selanjutnya yang seharusnya dialami oleh seseorang yang terdiagnosis mengkonsumsi sianida yaitu dari bau. Jika terdapat zat sianida dalam tubuh seseorang dan dinyatakan meninggal, maka dalam mayatnya akan tercium bau busuk yang dinamakan bau bitter almond. Tetapi menurut kesaksian ahli forensik yang pada saat itu menangani mayat Mirna, ahli tersebut berkata bahwa tidak terdapat bau bitter almond pada mayat Mirna.
Kejanggalan lainnya yang terlihat di film dokumenter, terdapat pengakuan Jessica yang di paksa mengaku telah membunuh Mirna oleh Kombes Krishna Murti dengan imbalan jika mengakui telah membunuh Mirna, hukuman jesika hanya 7 tahun dan bukan hukuman mati. Dan juga di dalam film dokumenter terdapat cuplikan Jessica diwawancarai. saat pertengahan wawancara Jessica, ia dipaksa untuk langsung menyelesaikkan wawancara itu dikarenakan dinilai sudah terlalu dalam. Di suatu artikel terdapat alasan sebenarnya wawancara itu dipotong, yaitu karena izin liputan narapidana tidak diberikan karena tidak terkait pembinaan. Dan juga disebabkan oleh kondisi saat itu yang tengah pandemi, jadi tidak bisa berlama-lama.
Kami juga menemukan kejanggalan terakhir bahwa ada beberapa staf Cafe tempat meninggalnya Mirna juga mencicipi kopi yang di minum oleh Mirna, namun staf tersebut tidak mengalami kejang, mulut berbusa, dan hilang sadar seperti yang di alami oleh mirna.