Mohon tunggu...
ennokerindwifitriariani
ennokerindwifitriariani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas brawijaya

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stigma Sosiologi Kesehatan dalam Kasus ODHA di Kabupaten Nabire, Papua

7 Desember 2024   10:15 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:09 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: isknews.com)

Stigma sosial terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan masalah utama yang menghambat penanganan dan pencegahan HIV/AIDS, khususnya di Kabupaten Nabire, Papua. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stigma sosial dalam kasus ODHA di Kabupaten Nabire, serta dampaknya terhadap akses ODHA terhadap layanan kesehatan dan kehidupan sosial mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur kualitatif, dengan mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber informasi terkait stigma sosial dan penanganan HIV/AIDS di Papua. Data yang digunakan mencakup laporan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, serta artikel dan publikasi terkait stigma sosial terhadap ODHA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma sosial di Kabupaten Nabire sangat berpengaruh pada kehidupan ODHA, baik dalam hal pengabaian sosial maupun kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan. Kesimpulannya, pengurangan stigma sosial melalui pendidikan dan kampanye kesehatan yang lebih intensif sangat penting untuk meningkatkan penerimaan sosial dan akses ODHA terhadap pengobatan, serta mencegah penyebaran HIV/AIDS di wilayah tersebut.

Stigma sosial dalam  kesehatan merupakan suatu pandangan negatif atau penilaian yang diberlakukan oleh individu atau kelompok terhadap seseorang atau sekelompok orang karena kondisi kesehatan tertentu yang mereka alami (Kiki Asrifa Dinen. 2024). Stigma ini dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya, salah satunya dalam kasus HIV/AIDS, di mana stigma sosial sering kali menjadi hambatan besar dalam upaya pencegahan, pengobatan, serta penerimaan sosial terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Kasus HIV/AIDS di Indonesia, khususnya di Provinsi Papua, semakin meningkat, dan salah satu daerah yang mencatatkan angka kasus tertinggi adalah Kabupaten Nabire. Di Kabupaten Nabire, hingga Maret 2023, tercatat 9.412 kasus HIV/AIDS, menjadikannya daerah dengan jumlah kasus tertinggi di Papua. 

Data ini menunjukkan bahwa penularan HIV/AIDS di Tanah Papua, termasuk Nabire, didominasi oleh hubungan heteroseksual dengan 49.965 kasus yang tercatat. Selain itu, terdapat pula penularan melalui ibu ke anak, homoseksual, biseksual, tranfusi darah, dan penggunaan narkoba suntik. Meskipun data ini mencakup seluruh provinsi Papua yang belum dibagi menjadi empat provinsi baru (Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Selatan), fakta bahwa Nabire mencatatkan angka tertinggi menggambarkan bagaimana HIV/AIDS telah menyebar luas dan menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Namun, masalah ini tidak hanya terbatas pada aspek medis, tetapi juga menyentuh dimensi sosial yang lebih kompleks, salah satunya adalah stigma sosial terhadap ODHA (Herlina, M. 2017)

(Summber RRI.co.id)
(Summber RRI.co.id)

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua hingga Maret 2023, jumlah kasus HIV/AIDS di Papua mencapai 51.408 kasus, dengan penularan terbanyak disebabkan oleh berganti pasangan seksual (heteroseksual) sebanyak 49.965 kasus. Kasus HIV/AIDS ini tersebar di berbagai kabupaten dan kota di Papua, dengan Kabupaten Nabire menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi, yaitu 9.412 kasus. Kasus HIV/AIDS di Nabire sendiri mencerminkan tingginya prevalensi penyakit ini di Papua secara keseluruhan, yang menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk penanganan yang lebih efektif, termasuk penanggulangan stigma sosial yang sering kali memperburuk kondisi ODHA Stigma sosial adalah penilaian atau prasangka negatif yang diterima oleh seseorang atau kelompok tertentu dari masyarakat, yang sering kali menyebabkan diskriminasi (Vanchapo, A. R. 2019)

Stigma sosial terhadap ODHA sering kali bersumber dari ketidaktahuan dan ketakutan masyarakat terhadap penularan penyakit ini, yang menyebabkan pengucilan sosial terhadap individu yang terinfeksi. Di Kabupaten Nabire, stigma ini menjadi hambatan utama dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS. Masyarakat sering kali menganggap ODHA sebagai individu yang "tercemar" atau "berbahaya," meskipun HIV tidak menular melalui kontak biasa seperti berjabat tangan atau berbicara. Persepsi yang keliru ini menyebabkan ODHA merasa terisolasi dan tidak diterima di masyarakat, yang pada gilirannya memperburuk kondisi psikologis mereka dan memperburuk kualitas hidup mereka. Salah satu aspek penting dari stigma sosial adalah bagaimana ia mempengaruhi sikap masyarakat terhadap ODHA.

Di Kabupaten Nabire, stigma ini terlihat jelas dalam cara masyarakat memperlakukan ODHA. Sebagian besar masyarakat mungkin enggan untuk berinteraksi atau memberikan dukungan kepada ODHA, karena ketakutan akan terinfeksi HIV (Paramata, Y. n.d.). Hal ini membuat banyak ODHA di Kabupaten Nabire enggan untuk mengungkapkan status HIV mereka kepada keluarga, teman, atau bahkan tenaga medis Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Papua, penularan HIV-AIDS terbanyak di Papua terjadi melalui berganti pasangan (heteroseksual), dengan 49.965 kasus, diikuti oleh penularan dari ibu ke anak yang tercatat sebanyak 860 kasus.

Penularan HIV-AIDS melalui homoseksualitas tercatat 237 kasus, sedangkan biseksualitas tercatat 61 kasus. Penularan melalui transfusi darah dan penggunaan jarum suntik (IDU) juga tercatat dengan jumlah masing-masing 46 dan 23 kasus. Stigma terhadap ODHA sering kali diperburuk dengan stereotip negatif tentang cara-cara penularan ini, yang lebih diterima sebagai alasan untuk mengucilkan penderita HIV/AIDS daripada untuk mendorong pemahaman dan pencegahan lebih lanjut. Ketakutan terhadap penularan HIV melalui hubungan seksual berganti pasangan, homoseksualitas, atau IDU sering kali menyulut prasangka dan memunculkan perasaan jijik terhadap ODHA, yang pada gilirannya memperburuk stigma sosial terhadap mereka.

Stigma sosial terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Nabire menjadi penghalang utama dalam penanganan dan penerimaan masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS. Ketakutan dan ketidaktahuan masyarakat menyebabkan diskriminasi terhadap ODHA, memperburuk kondisi psikologis mereka, dan menghambat akses mereka ke pengobatan yang diperlukan. Diperlukan edukasi yang lebih intensif untuk mengurangi stigma, meningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS, serta menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi ODHA agar mereka dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik dan mendapatkan perawatan yang tepat.

Daftar Pustaka

Ambia Nurdin, Ully Fitria, & Kiki Asrifa Dinen. (2024). Perempuan dan rokok (kajian sosiologi kesehatan terhadap perilaku kesehatan reproduksi perempuan perokok di kota Surakarta). Public Health Journal, 1(2).

Herlina, M. (2017). Sosiologi Kesehatan. Surabaya: Muara Karya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun