Limbah organik pada umumnya diolah menjadi kompos atau pupuk. Namun, tidak sedikit limbah rumah tangga kategori limbah organik berakhir di tempat pembuangan akhir bercampur dengan limbah anorganik lainnya seperti plastik, kaleng, kaca, baterai, lampu, diapers, dan kertas. Karena proses pengurainnya cepat, Â cepat terurai, biasanya limbah organik dijadikan pupuk kompos atau pupuk organik cair.
Kali ini kita akan membahas pengelolaan limbah organik di perkotaan atau wilayah padat penduduk.Â
Berhubung di pedesaan, pengelolaan limbah bukanlah perkara sulit. Tinggal letakkan di atas tanah dan semuanya akan terurai pada waktunya. Dampak limbah organik di pedesaan juga belum terlalu terasa mengingat masih banyak lahan.
Dan pada umumnya masyarakat pedesaan  dengan mayoritas petani sudah mengelolah limbah organiknya menjadi pupuk kompos.Â
Pengolaan di desa biasanya dengan membuat satu area di sekitar rumah berupa lobang dan memasukkan limbah apa saja dan beberapa waktu kemudian akan terurai dan terbentuk kompos. Seringkali langsung dicampakkan ke tanamannya langsung dan akan terurai dengan sendirinya.
Sedangkan pada wilayah perkotaan atau pemukiman padat penduduk, ada banyak hal yang harus dipersiapkan dalam mengelola sampah. Apalagi jika limbah dikelola dalam jumlah besar. Misalnya, terbatasnya lahan, dampaknya yang dapat menarik berbagai hama seperti tikus, kecoak, dan nyamuk.
Namun bukan berarti semua limbah kita harus berakhir di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) atau TPA (Tempat Pembuangan Akhir).Â
Sebelum berakhir di TPST atau TPA, sebenarnya kita bisa loh mengolah limbah organik dari dapur kita menjadi pupuk kompos dengan cara yang sangat mudah.
Bahan yang harus dipersiapkan hanyalah wadah yang sudah dilobangi dan tanah. Bisa menggunakan tanah biasa atau kompos.
Langkahnya sangat sederhana.