Mohon tunggu...
Erni Pakpahan
Erni Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan Swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Ice Princess", Meninggalkan Beasiswa Harvard demi Mengejar "Passion"

29 Januari 2018   18:09 Diperbarui: 30 Januari 2018   14:12 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Passion tidak harus membuat sukses sekejap tapi menunjukkan siapa kita dan ke arah mana kita sebaiknya pergi (Diply.com)

Apa jadinya jika kamu diperhadapkan pada dua pilihan penting dalam hidupmu? Melanjut kuliah S2 atau bekerja atau menikah? Kuliah di luar negeri atau dalam negeri? Ambil perusahaan A atau B? Tinggal sama orangtua atau merantau? Pilih kado yang warna biru atau merah? Tak ragu lagi, sembari menimbang-nimbang, rasa bimbang pasti akan menghantui.

Walaupun setelah memilih salah satu pilihan si Bimbang bukan tak mungkin terus mengikuti. Kecuali dari awal kita sadar bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi dan kita harus siap menerimanya. Sudah pun menyadari hal tersebut, tetap saja moment menentukan pilihan merupakan titik membingungkan.

Casey Carley juga menghadapi dilema akut ini. Mengambil beasiswa Harvard yang jelas sekali dia akan lolos atau mencoba ikut kejuaraan daerah ice skating (seluncur es) yang notabene dia tidak pernah ikuti. Malah dia baru-baru ini ikut latihan. Bisa dibilang dia belajar secara otodidak sebelum akhirnya menemukan seorang pelatih. 

Film yang diperankan oleh Michelle Trachtenbergsebagai Casey Carlyle ini berjudul Ice Princes. Film persembahan dari Walt Disney disutradarai oleh Tim Fywell. Film ini sebenarnya sudah rilis sejak belasan tahun lalu, tepatnya 15 Maret 2005. Bukan film yang masuk nominasi dalam ajang internasional tapi entah mengapa ada sesuatu yang menarik dan layak diperhatikan dalam alur film ini.

Kali ke enam kali saya tonton habis. Terakhir saya tonton sekali lagi persiapan membuat review ini. Jangan bilang lebay dong.  Salah satu film yang masih menghuni laptop saya sejak lama-beginilah akibat tidak up to date.Karena film ini sudah lama banget bolehlah saya spoiler. Saya anggap kamu sudah pernah menontonnya. Ck!

Memiliki kemampuan mumpuni dalam bidang eksakta guru bimbingan dan guru fisika Casey Carlyle menganjurkan dia membuat sebuah proposal bidang fisika untuk diajukan melamar beasiswa Harvard. Casey tidak menduga hal ini karena menurutnya ada orang lain yang lebih baik dari dia.

Casey pun mencoba melakukannya namun tersendat mendapatkan ide. Proposal bidang fisika menyangkut realita sehari-hari yang melibatkan dirinya. Permintaan sederhana tetapi cukup rumit. Casey menganggap ilmu pengetahuan memang dirumuskan dari kehidupan sehari-hari lalu dirangkum dalam bentuk rumus-rumus dan bersifat objektif. So, mau buat proposal seperti apa dimana dia bisa terlibat di dalamnya?

Setelah pusing tujuh keliling memenuhi permintaan gurunya, suatu ketika Casey mendapat ide ketika dia dan sahabat karibnya yang gemar bidang eksakta (matematika) sedang menonton siaran televisi tentang ice skating (olahraga luncur es) di rumah Casey.

Tak terduga, sembari mengamati dan mengomentari siaran seluncur es, lampu otaknya menyala. Aha! Ada hubungannya dengan rumus aerodinamika. Aerodinamika merupakan ilmu yang membahas tentang benda yang bergerak di udara. Singkatnya dapatlah Casey topik yaitu hipotesis pada elemen yang dibutuhkan pada kompetisi olahraga luncur es.

Untuk mewujudkan ide tersebut dia sering berkunjung ke gelanggang ice skating. Sebuah kesempatan yang tidak mudah dia peroleh. Disana Casey mempelajari teknik berseluncur es dan menganalisanya pakai rumus aerodinamika.

Tak berhenti disana, selama bergelut dengan rumus-rumus fisika kemudian mengaplikasikannya di gelanggang. Masa-masa itu kecintaan Casey pada olahraga ini semakin bertumbuh. Ciee, cinlok nih yaa! Kamu juga akan menemukan Casey cinlok pada seorang pria di gelanggang ini. Sayangnya semua kisah ini harus diakhiri, dia tersendat oleh larangan ibunya dan biaya yang dibutuhkan tetap berada disana sangat tinggi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun