Mohon tunggu...
Ernip
Ernip Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Newbie" di Sembilan Tahun Kompasiana

2 November 2017   17:54 Diperbarui: 3 November 2017   13:19 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jelajah tiga museum di Kota Tua bersama Clicksiana. Dokumentasi: Pak Ikhwanul Halim

Saya lupa mengenal Kompasiana dari siapa. Seingat saya dari dua tiga senior yang menganjurkan agar kami mahasiswa mulai menulis, minimal memiliki blog pribadi yang aktif.  Kompasiana salah satu referensi yang diberikan.

Sedang semangat masih hangat-hangatnya, saya pun membuat akun di Kompasiana. Banyak pilihan bidang yang ditawarkan serta aturan yang harus dipenuhi oleh peserta menjadi salah satu alasan buka akun disini.

Namun walaupun banyak artikel menarik, menginspirasi dan bermakna. Seiring berjalan waktu, bukannya dapat semangat menulis, justru artikel-artikel di Kompasiana sering membuat saya berpikiran "gak bisa", "gak pantas", "gak mampu seperti mereka". Sejak itu saya hanya sebagai pengunjung saja. Sekaligus menjadi pengagum yang bahkan sudah hampir lupa alamat akun.

Acara festival kuliner Serpong tahun 2017. Sumber foto: KPK (Kompasiana Penggila Kuliner)
Acara festival kuliner Serpong tahun 2017. Sumber foto: KPK (Kompasiana Penggila Kuliner)
Empat tahun kemudian, tepatnya tahun lalu, saya datang ke ibukota. Setiba di tempat baru, biasanya saya cenderung menulis semacam diari dan mencoba melakukan banyak hal. Kebiasaan menepis rasa rindu akan kampung halaman di pasca pindah daerah.

Dapatlah dua hal yang mesti saya lakukan. Pertama, mengaktifkan akun Kompasiana dengan menulis minimal satu artikel satu bulan. Dalam keraguan bisa memenuhi target satu tulisan tiap bulan, saya mengingatkan diri, hasil dari tulisan-tulisan yang pernah saya baca,

"Jadilah diri sendiri. Diri sendiri yang terinspirasi dari berbagai artikel ruang Kompasiana setelah menjadi pembaca saja. Sesekali pun mirip tidak apa-apa, suatu saat juga akan lebih baik. Bukankah anak bayi meniru bapak, ibu, abang, kakaknya terlebih dahulu sampai dia menjadi diri sendiri?"

Kedua, sudah harus mengenal ibukota sebelum beranjak dari sini. Padahal waktu itu saya baru tinggal di Jakarta, sudah mikir pindah saja. Soalnya, saya belum ada rencana tinggal lama di ibukota ini. Yaa, kita lihat nanti saja. Dijalani saja dulu, kan.

Sampai suatu saat saya melihat pendaftaran nangkring Diskusi Publik Bersama Mengakhiri Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan yang diadakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Iseng-iseng klik lalu baca.

Dulu saya tidak pernah urus dengan kegiatan yang  tertera di akun Kompasiana. Entah itu acara nangkring, blog competition, visit dan lain sebagainya. Itu semua di luar jangkauan saya. Sudah itu, saya sangat jauhhh dari ibukota. Saya kira juga itu untuk orang tertentu saja. Katakanlah mereka yang sudah senior-senior yang aktif menulis di Kompasiana. Ternyata setelah baca berulang, siapa saja yang punya akun di Kompasiana bisa daftar, termasuk newbie!

Beberapa waktu kemudian, surel saya dibalas oleh Admin menyatakan saya menjadi salah satu peserta.  Girang sekaligus deg-degan! Saya buta sekali dengan kota Jakarta dan tidak kenal satu pun anggota Kompasiana yang disebut-sebut sebagai Kompasianer itu. Saya juga seorang introvert yang agak susah jika bertemu orang banyak.

Setelah melihat profil dengan jumlah artikel mereka masing-masing keinginan saya semakin surut untuk datang. Tapi tidak bisa begitu, saya sudah terlanjur daftar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun