Mengujungi tempat-tempat bersejarah seperti museum di kota Jakarta sudah menjadi keinginan hati sejak lama. Selagi masih tinggal di Jakarta, kesempatan ini harus saya gunakan, begitulah pikiran saya.
Sudah beberapa kali mengajak teman (atau pernah diajak) tetapi sampai saat ini belum kesampaian juga. Padahal bisa dikatakan jaraknya sangat terjangkau menggunakan moda transportasi umum. Pernah waktu itu, saking pengennya, akhirnya saya berkunjung ke Museum Gajah sendirian. Kurang kerjaan kali ya :D
Terus, ke museum ngapain saja?
Melihat, mengamati, membayangkan, merasakan, ..., dan mengagumi. Ada banyak hal yang bisa didapatkan dari kunjungan ke museum. Sekalipun bukan penikmat sejarah seperti saya, museum juga tempat berdiam diri, mungkin jadi dapat inspirasi. Misalkan ketika kami berkujung ke Museum Gajah, saya malah bertanya pada diri sendiri, "gimana kalau saya ikut belajar mencanting sehari?" Sepertinya akan saya coba suatu saat nanti.
Tapi bagaimana pun sebagai warga negara Indonesia, kita semestinya mengetahui sejarah bangsa kita. Bagaimana kita bisa mencintai sesuatu yang tidak kita kenal? Pengenalan yang benar akan sejarah adalah pondasi mencintai bangsa.
Maka ketika Clickompasiana mengajak Clickpakers napak tilas ke museum bersejarah, saya segera mendaftarkan diri tak ingin melewatkan kesempatan bagus ini---walaupun sebenarnya belum tentu diterima, hehee. Dan hanya beberapa hari kemudian ada email masuk menjadi peserta.
Jadilah pagi itu, tepatnya di hari Minggu saya bergegas berangkat dari Stasiun Kebayoran menuju titik kumpul, Stasiun Gondangdia. Setiba disana sudah hadir ibu Muthia, menunggu kedatangan peserta, sekaligus memandu perjalanan kami sepanjang hari.
Setelah semuanya berkumpul, kami mulai melangkahkah kaki menuju Museum Kebangkitan Nasional. Museum pertama yang kami kunjungi. Semua peserta ada enam orang yaitu Ibu Muthia, Mba Syifa, Mas Yogi, Mba Ika dan Fani. Tidak jauh dari Stasiun Gondangdia, berdiri Museum Kebangkitan Nasional di Jl. Abdulrahman Saleh. Sambil mengobrol sepanjang perjalanan kami sudah tiba saja dengan jalan kaki. Pagi itu pun suasana masih segar.
Museum ini menyajikan informasi dan koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan sekolah kedokteran dan sejarah kebangkitan nasional. Dulunya merupakan sekolah STOVIA atau Sekolah Dokter Bumi Putera. Mereka berasal dari berbagai suku, bahasa, dan agama.
Di sinilah titik awal kebangkitan nasional. Atas dasar kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat, mahasiswa di sekolah STOVIA membentuk organisasi Boedi Oetomo. Sejak itu pembentukan organisasi kepemudaan di daerah terbentuk seperti Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Borneo, Jong Minahasa, Timoress, Verbond, dan lain-lain. Alhasil, perlawanan terhadap penjajah bukan lagi bersifat daerah tetapi nasional.