Semalam, saya hadir dalam sebuah persekutuan kaum pria. Sebelum pembacaan firman, diadakan sesi kesaksian. Sebenarnya sesi ini adalah untuk menceritakan kemurahan dari Tuhan yang kita terima untuk dibagikan kepada yang lain. Tujuannya untuk memperkuat keimanan dan pengharapan kita kepada Tuhan semata.
Ada dua orang yang bersaksi, ditambah satu kesaksian lagi dari Bapak Pendeta yang kebetulan malam itu datang untuk menahbiskan Ketua Persekutuan Pria yang baru, karena Ketua sebelumnya beberapa hari lalu dipanggil ke rumah Bapa di Sorga. Kesaksian pertama menceritakan bahwa Si Pemberi Kesaksian sedang membangun rumah baru. Rumah itu didapat dengan tanpa (tepatnya belum) mengeluarkan uang sepeser pun. Ceritanya pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seseorang yang lalu menyerahkan sertifikat tanah dan rumah itu kepadanya. Orang itu bercerita bahwa dia pernah mengalami pertemuan dengan Si Pemberi Kesaksian di dalam mimpi. Intinya, Tuhan memberi jalan bagi Si Pemberi Kesaksian untuk bisa punya rumah dengan beberapa kemudahan.
Selanjutnya - masih dalam kesaksian pertama - Si Pemberi Kesaksian menceritakan rumah itu sedang dibangunnya, dan seperti biasa di dalam pembangunan pasti ada salah perkiraan terutama soal biaya. Akibatnya, beberapa kali dia mengalami kurang bahan bangunan. Anehnya, setiap kali dia mengalami kekurangan bahan bangunan, ada orang lain yang membantunya dengan memberikan secara cuma-cuma. Lucunya, jumlah dan jenis bahan bangunan yang disumbangkan itu selalu persis seperti apa yang dibutuhkan. "Saya sedang perlu 48 buah keramik untuk lantai, eh ada yang memberi 48 buah keramik."
Kesaksian berikutnya dari seorang pemuda yang ayahnya mengalami serangan stroke ke-2. Ketika ayahnya stroke lagi, keluarga mereka sudah berpikir bahwa kondisi ayah pasca stroke ke-2 akan semakin parah. Tetapi nyatanya tidak juga. Setelah seminggu menginap di RS. St. Carolus, ayahnya sudah pulih. Sekarang soal biaya yang sangat besar, untunglah beberapa minggu yang lalu pemuda itu memilih untuk keluar dari kantor lamanya. Dengan demikian, dia bisa mencairkan dana jamsostek yang cukup untuk menutupi biaya rumah sakit itu.
Dan kesaksian dari Bapak Pendeta, beberapa waktu lalu ada seorang bapak yang kebingungan lalu masuk ke ruangan kantor gereja. Setelah ditanya-tanya ternyata sumber kebingungan dia adalah anaknya yang masih bayi menderita sakit keras sehingga harus dibawa ke rumah sakit dan biaya yang harus dikeluarkan sangatlah besar. Akhirnya bapak itu cuma minta didoakan saja. Tidak lebih.
Beberapa hari kemudian, bapak itu datang lagi ke kantor gereja dan memberi kesaksian bahwa anaknya sudah sembuh, dan ketika dia akan melakukan negosiasi pembayaran ke kasir rumah sakit ternyata kata petugas di sana seluruh biaya pengobatan anaknya itu sudah dilunasi.
Dalam pembacaan firman Tuhan, Bapak Pendeta berkata bahwa berkat Tuhan selalu berbeda-beda setiap hari. Sesuai kebutuhan dan kecukupan kita. Oleh karena itu, kita harus berdoa kepadaNya setiap hari. Bukan untuk meminta berkat kepada Tuhan belaka, tetapi juga memelihara hubungan pribadi kita kepadaNya.
Jadi, bagi yang masih berbeban berat: Janganlah merasa takut atau sendiri atau bahkan ditinggalkan. Tuhan itu dari dulu sampai sekarang masih ada, demikian juga mukjizatNya.
Salam berbahagia dalam Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H