Semalam, saya menyaksikan seseorang berpulang. Diawali dengan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang dada, sesak nafas, dan ngorok. Sebelum beliau anfaal, sambil menahan sakit beliau berkata kepada orang-orang di sekelilingnya untuk mendoakannya.
Anehnya, ketika hendak dibawa ke Instalasi Gawat Darurat, beliau sempat merogoh kantung celananya untuk mengambil ventolin inhaler (semprotan asthma) dan menghirupnya. Sesampai di Rumah Sakit, beliau bisa turun dari mobil dan naik ke brankar tanpa dibantu. Di dalam ruang Instalasi Gawat Darurat, beliau kembali merasakan sakit di dada dan di punggung, demikian juga dengan sesak nafas kembali menyerang. Sekali lagi beliau menghirup ventolin inhaler, tetapi serangan sesak nafasnya membuat beliau menyerah dan meminta para perawat untuk memberinya oksigen.
Setelah diberi oksigen, beliau kembali anfaal dan kehilangan detak jantung. Dan setelah berkali-kali dilakukan upaya pembangkitan detak jantung (resusitasi) dengan kompresi, maka dokter jaga menyatakan beliau telah meninggal dunia.
Padahal, sebelum anfaal pertama itu, beliau tengah berapi-api memberikan kesaksian yang isinya ada 2 pesan penting bagi kami yaitu: membiasakan diri berbahasa dengan bahasa kerajaan surga yang maksudnya adalah selalu penuh harapan akan setiap masalah yang ada, karena di dalam Tuhan yang sebenarnya terjadi adalah kehendak Tuhan terhadap hidup kita, dan yang kedua adalah hidup harus selalu di dalam kekudusan.
Kedua pesan itu sebenarnya sangat universal untuk dilakukan oleh sesiapapun, makanya saya mau membagikannya via kompasiana ini. Hidup selalu penuh harapan terhadap Tuhan adalah menerapkan mengataskan Tuhan di dalam setiap rencana yang ingin kita lakukan. Sebab Tuhanlah yang mengatur langkah kita. Semisal kita bekerja, pastilah kita berangkat dari rumah ke kantor, itu sudah pasti. Dan karena sering merasa itu pasti, kita sering pula melupakan Tuhan dan baru mengingat-Nya apabila ternyata kita mengalami kecelakaan atau hambatan.
Hidup dalam kekudusan adalah menjauhkan kita dari segala yang tidak benar. Dan itu berarti berusaha menyenangkan Tuhan dengan segala aspek kehidupan kita. Nah, kedua hal itu apabila dijalankan setiap hari sepanjang sisa hidup kita, maka ketika kita dipanggil maka Tuhan akan menemukan bahwa kita telah berusaha untuk mengataskan Dia di setiap langkah hidup, dan kita berusaha sebaik mungkin terhindar dari perbuatan dosa.
Mudah-mudahan, jika keadaan kita demikian, Tuhan akan memberi tempat terbaik untuk kita.
Salam Damai,
Dedy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H