Secara berseloroh, seseorang pernah mengatakan pada saya: Dosa itu tidak ada! Bagaimana membuktikan dosa itu ada? Adakah yang bisa?
Dosa sangat berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Allah. Di dunia barat, banyak sekali orang yang percaya Allah, tetapi hidup seperti tidak ber-Allah. Mereka bisa melakukan seks bebas, contohnya. Pemikiran mereka yang sangat terbuka membuat mereka gampang sekali bertanya-tanya tentang Allah.
Dan sama seperti menanyakan tentang dosa, pada akhirnya banyak yang berpendapat: Allah itu tidak ada!
Alih-alih berpikir bagaimana menjalin hubungan dengan Allah, Kristus Yesus menekankan bahwa yang terpenting (setelah kita meyakini adanya Allah dan berusaha untuk selalu menyenangkan hati-Nya) dalam hidup ini adalah mengasihi sesama kita.
Bagaimana caranya mengasihi sesama? Kristus Yesus mengajarkan sesuatu yang sederhana tetapi berat untuk dilakukan yaitu: seperti mengasihi diri kita sendiri.
Mungkin bagi yang merasa dermawan akan berpendapat: Saya sudah kok menyantuni anak yatim, menyumbang panti-panti, atau memberi sejumlah dana untuk aksi kemanusiaan.
Maka pertanyaannya adalah: Apakah sudah sepadan dengan apa yang telah dinikmati? Apakah pernah memberi sejumlah gaji sebulan kita untuk orang lain? Jujur saja, saya pun masih belum bisa mengasihi orang lain tanpa perhitungan. Padahal dalam menjalani hidup kita, tentulah kita tak pernah mengadakan perhitungan dengan apa yang ingin kita lakukan, kita nikmati, kita dapatkan. Artinya, yang biasa kita lakukan untuk orang lain belumlah tentu sepadan dengan apa yang kita telah dapatkan untuk diri kita.
Jadi, kita tidak akan pernah bisa mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri, selama kita masih menganggap orang lain bukanlah diri kita sendiri. Tak usah mungkir, kita pasti pernah berpikir "mereka itu siapa kita?" ketika kita berderma, bukan?
Tantangan paling sederhana yang pernah dilontarkan ketika ada seorang pemuda ingin mengikut Kristus Yesus adalah menjual seluruh hartanya dan membagikan pada yang membutuhkan. Manusia biasa seperti saya juga pasti berpikir: Kristus itu gila, bagaimana mungkin saya bisa hidup tanpa harta yang susah payah saya kumpulkan?
Di sini lah letak keimanan kita dipertanyakan. Percayakah kita pada Allah yang telah berjanji akan menjamin kehidupan kita dari lahir hingga nanti mati dan menyediakan tempat yang nikmat nanti setelah dibangkitkan?
Jadi, mengasihi sesama adalah kunci dari mengasihi dan mempercayai Allah yang sebenarnya. Dan seperti kita ketahui bersama mengasihi sesama tidaklah hal yang sulit untuk dipikirkan alias absurd. Artinya, kita tidaklah perlu bersusah payah menerjemahkan kehendak Allah dalam hidup kita atau bahkan menanyakan apakah memang Allah itu berada dalam kehidupan kita, karena dengan mengasihi sesama kita justru melakukan kehendak Allah sekaligus langkah untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, sebagai penjamin kehidupan kita.