Guru merupakan sebuah pekerjaan mulia. Yang mana banyak orang menyebut bahwa guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Benar sekali memang, seorang guru melakukan pekerjaan tersebut dengan keterpanggilan hati demi membangun sebuah pondasi masa depan yang kokoh. Dalam kesehariannya guru tidak hanya berperan sebagai penyampai ilmu pengetauan, tetapi guru juga berperan penting dalam pembentukkan karakter siswa. Mereka membimbing, mengarahkan, memberi motivasi dan inspirasi kepada peserta didiknya.
Pekerjaan seorang guru tidak cukup dengan mengandalkan keahlian akademis saja. Seorang guru yang baik adalah mereka yang mampu menyampaikan ilmu dengan melibatkan hati dan pikirannya. Ada sebuah pepatah yang mengatakan "metode mengajar/cara mengajar lebih penting daripada materi/pesan pelajaran, kemudian guru itu lebih penting daripada metode mengajar, dan yang terakhir adalah ruh/jiwa seorang guru itu lebih penting dari guru itu sendiri". Kalimat pertama dalam pepatah tersebut memiliki maksud bahwa sebuah metode/cara mengajar yang didalamnya bisa dimasukkan alat peraga pembelajaran, media pembelajaran inovatif menjadi lebih penting daripada materi/pesan yang disampaikan, karena dengan metode yang menyenangkan siswa dapat menerima materi secara efektif dan efisien serta memudahkan mereka dalam memahami materi yang disampaikan.
Kemudian kalimat kedua memiliki makna bahwa guru lebih penting daripada metode yang digunakan. Maksudnya, sebaik apapun metode/cara, media pembelajaran, dan strategi yang digunakan jika seorang guru tidak menguasai materi, tidak memiliki keahlian mengajar dan kurang berpengalaman, maka pembelajaran tidak akan maksimal. Sehingga skill seorang guru dalam mendidik sangat berpengaruh. Kemudian kalimat terakhir memiliki makna yaitu ruh/jiwa seorang guru lebih penting dari guru itu senidiri. Maksudnya seorang guru yang profesionalpun, sepintar apapun jika tidak memiliki ruh kependidikan maka tujuan pembelajaran tidak akan maksimal. Ruh kependidikan seorang guru dapat dilihat melalui sikap dan semangat dalam memperjuangakan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan peserta didiknya.
Guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi juga menjadi seorang teladan dan panutan peserta didiknya. Seperti dalam filosofi jawa menyebutkan bahwa makna dari guru itu adalah "digugu lan ditiru". Filosofi ini memiliki arti bahwa setiap nasihat dan ucapan seorang guru bisa dipercaya dan dijadikan panutan siswa. Serta seorang guru juga dijadikan role mode, yang setiap sikap dan perilakunya ditiru oleh siswanya. Sehingga seorang guru harus memiliki sikap dan tutur kata yang baik dalam mengajar siswa.
Guru merupakan salah satu jembatan seorang anak dalam menunju kesuksesan. Sebagai jembatan menuju kesuksesan tugas seorang guru ialah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu sebagai pengajar yang baik sekaligus sebagai panutan bagi seorang siswa. Nah, untuk mewujudkan kesuksesan seorang anak tersebut tidak cukup hanya dengan peran seorang guru saja, tetapi orang tua juga mengambil peran penting di dalamnya. Peran orang tua dan guru harus seimbang, saling bersinergi dan perlu penyamaan presepsi untuk menjembatani kesuksesan anak.
Orang tua dan guru perlu berkolaborasi secara konsisten. Kolaborasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu yang pertama adalah senantiasa memberikan support kepada anak saat belajar. Support ini bisa dilakukan dengan memberi ucapan semangat, apresiasi kecil, menghargai setiap usaha dan proses anak serta pemberian hadiah/penghargaan/reward ketika anak meraih suatu pencapaian. Ini merupakan hal sederhana, tetapi bisa berdampak besar pada mental anak sehingga bisa meningkatkan semangat belajar. Support ini harus dilakukan oleh orang tua dan guru, karena jika salah satu saja yang melakukan, hasilnya tidak akan maksimal.
Cara kedua adalah dengan melakukan pertemuan berkala antara orang tua dan guru. Pertemuan ini bisa dilakukan satu bulan sekali atau setiap akhir semester, sesuai dengan kesepakatan bersama. Dalam pertemuan ini, bisa digunakan untuk menyamakan presepsi dan pandangan terhadap anak. Membahas perkembangan dan karakter anak. Bisa juga membahas kendala dan tantangan anak dalam proses pembelajaran serta membahas minat dan bakat anak di bidang apa. Sehingga setelah penyamaan presepsi ersebut, pendidikan anak di sekolah dan di rumah memiliki orientasi yang sama.
Cara ketiga yaitu orang tua bisa memberikan usulan atau masukan terkait dengan proses pembelajaran. Pihak sekolah atau guru harus terbuka dengan usulan dan masukan yang diberikan, meskipun nantinya usulan tersebut tidak bisa direalisasikan. Cara selanjutnya adalah membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan guru. Komunikasi ini bisa dilakukan melalui grup wa. Melalui grup tersebut guru/pihak sekolah bisa memberikan informasi tentang kejadian di sekolah dan perkembangan anak membantu orang tua tetap terhubung.
Itulah beberapa kolaborasi yang mungkin bisa dilakukan. Kolaborasi antara orang tua dan guru ini sangat penting untuk dilakukan, meskipun keduanya memiliki peran yang berbeda. Namun dengan kolaborasi tersebut diharapkan bisa menciptakan lingkungan pembelajaran yang harmonis dan menjembatani mewujudkan kesuksesan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H