Mohon tunggu...
Enjel ibrahim romadona
Enjel ibrahim romadona Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN RADEN INTAN LAMPUNG

Sejarah Peradaban Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Warisan tak Ternilai, Kisah di Balik Pakaian Adat Pepadun di Museum Lampung

12 November 2024   10:46 Diperbarui: 12 November 2024   11:34 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Museum Lampung

BANDARLAMPUNG - Sebuah koleksi pakaian adat Pepadun yang menjadi masterpiece Museum Lampung "Ruwa Jurai" menyimpan kisah sejarah yang mendalam tentang budaya dan tradisi masyarakat Lampung.

Koleksi bersejarah ini merupakan satu set lengkap pakaian adat Pepadun, terdiri dari Kopiah Balak (mahkota kebesaran), Siger (mahkota pengantin wanita), Kawai Betabur (baju adat dengan sulaman benang emas), dan celana tradisional dengan ornamen khas Lampung. Setiap bagian pakaian memiliki makna filosofis yang dalam bagi masyarat adat Lampung Pepadun.

Pakaian adat ini merupakan warisan turun temurun keluarga besar Raden Muluk Penyimbang, pemimpin adat terkemuka dari Abung Siwo Mego. Penyerahan ke museum dilakukan oleh cucunya, Raden Supomo, setelah mendapat persetujuan dari seluruh keluarga besar dan tokoh adat setempat.

Saat ini, koleksi berharga ini dipamerkan di ruang khusus tekstil Museum Lampung "Ruwa Jurai", yang berlokasi di Jalan ZA. Pagar Alam No.64, Gedong Meneng, Bandarlampung. Sebelumnya, pakaian ini tersimpan dengan penuh kehormatan di rumah adat Nuwo Balak di daerah Kotabumi.

Momen bersejarah penyerahan koleksi terjadi pada tanggal 15 Agustus 1975, bertepatan dengan peringatan 30 tahun kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan penelitian tim museum, pakaian adat ini diperkirakan dibuat pada tahun 1870-an, di masa kejayaan perdagangan rempah di Lampung.

Keputusan menyerahkan pakaian adat ini ke museum dilatarbelakangi oleh peristiwa kebakaran besar yang melanda beberapa rumah adat di Kotabumi pada tahun 1974. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya pelestarian warisan budaya. "Penyerahan ini adalah bentuk kepedulian terhadap kelestarian budaya Lampung," demikian tertulis dalam prasasti penyerahan.

Proses pengalihan koleksi ke museum melalui beberapa tahapan penting. Dimulai dengan musyawarah keluarga besar yang melibatkan para tetua adat. Setelah mencapai kesepakatan, diadakan upacara adat khusus sebagai penghormatan terakhir sebelum pakaian diserahkan ke museum. Tim kurator museum kemudian melakukan kajian mendalam tentang nilai historis dan kultural pakaian tersebut, sebelum akhirnya meresmikan sebagai koleksi tetap.

Museum Lampung memberikan perawatan khusus dengan standar konservasi museum yang ketat untuk koleksi ini. Pakaian adat ini akan tetap terjaga untuk generasi mendatang sebagai bukti keagungan budaya Lampung.

Setiap pengunjung Museum Lampung dapat menyaksikan kemegahan pakaian adat ini di hari kerja. Keberadaannya bukan hanya sebagai benda pajangan, tetapi juga sebagai pengingat akan keagungan budaya Lampung yang harus terus dilestarikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun