Mohon tunggu...
Eni Saeni Djudira (Enisa)
Eni Saeni Djudira (Enisa) Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Berbagi informasi sehat untuk Indonesia lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Para Ibu yang Tersandera Iklan SKM sebagai Susu

29 November 2019   10:59 Diperbarui: 29 November 2019   11:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hingga kini, iklan dan label pada SKM/KKM masih memvisualisasikan gambar susu dan cara penyajiannya masih ada gambar gelas dan sendok takar yang mengasumsikan bahwa produk tersebut adalah minuman susu.  

Hasil riset menunjukkan sebanyak 76 persen para ibu memperhatikan bentuk kemasan produk SKM dengan baik. Bentuk kemasan yang diperiksa antara lain, memperhatikan izin edar, kadaluarsa, harga,  potongan harga, anjuran penyimpanan, saran penyajian dan peruntukan.

Meski informasi tentang produk itu dibaca oleh para ibu, tapi  persepsi bahwa SKM/KKM adalah susu sudah melekat jauh dibenak mereka sehingga mereka tetap memberikan SKM kepada anak bayi dan balitanya.

Para ibu itu memberikan  SKM/KKM secara beragam. Ada yang memberikan SKM setiap hari dengan porsi satu gelas 22 persen;  lebih dari 1 gelas 4 persen; lebih dari 3 sendok makan SKM/KKM dalam gelas 26 persen; dan  memberikan takaran kurang dari 3 sendok makan SKM/KK dalam 1 gelas 13 persen.

Responden  membeli dalam bentuk kaleng 46,0 persen; membeli dalam bentuk sachet 50,6 persen;  dan lainnya 3,4 persen. Kesimpulannya,  3 dari 10 anak minum SKM/KKM setiap hari.

Akibat pola mengkomsumsi SKM ditemukan, 14,5 persen anak dengan status gizi buruk mengkonsumsi SKM/KKM lebih dari satu kali sehari. Sebanyak  29,1 persen anak dengan status gizi kurang mengkonsumsi SKm/KKM lebih dari satu kali sehari.

Pada kelompok anak usia di atas 3 tahun mengalami  gizi kurang 32,7 persen, dan gizi buruk 12,1 persen. Sedangkan pada anak usia 5 tahun angka gizi buruk mencapai 28,8 persen dan kurang gizi 8,3 persen.

Dari temuan tersebut, para peneliti sepakat bahwa SKM berkontribusi terhadap terjadinya gizi burung maupun gizi kurang pada anak-anak. Untuk mengurangi dampak tersebut, sebaiknya iklan yang menyesatkan tentang SKM adalah susu sebaiknya diluruskan.   

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa iklan SKM sebagai susu masih melekat di benak ibu-ibu sehingga SKM dipercaya sebagai susu dan dapat diberikan kepada buah hati mereka. Tapi dengan melihat dampak buruk pada anak-anak, dibutuhkan  iklan edukasi yang masih tentang SKM/KKM sebagai bahan tambahan makanan topping.

"SKM tidak boleh dijadikan bahan dasar minuman cair, tapi hanya sebatas topping," kata Chaerunisa.

Arif Hidayat juga meminta BPOM membuat aturan lebih tegas terkait anak yang boleh mengkonsumsi SKM. Jika pada label SKM masih disebutkan SKM tidak boleh diberikan pada anak usia 0-12 bulan, Yaici dan PP Aisyiyah merekomendasikan SKM tidak boleh diberikan kepada bayi mulai 0-24 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun