Mohon tunggu...
eni nurmayanti
eni nurmayanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Layaknya Kereta Express Kedatangan MEA sudah di Depan Mata

28 Mei 2015   07:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:31 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Layaknya Kereta Express Kedatangan MEA sudah di Depan Mata

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) semakin lama semakin dekat, pasar tunggal ASEAN yang akan berlangsung tahun 2015 akhir merupakan tonggak bagi negara-negara ASEAN khususnya negara Indonesia. Akankah keberadaan Masyarakat Ekonomi Asean dapat mengembangkan pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap negara ASEAN? Atau bahkan malah menjadi momok yang menakutkan bagi beberapa negara di ASEAN? (khususnya bagi negara yang hanya menjadi target pasar ). Semoga saja hal ini bisa diatasi melalui berbagai persiapan tiap-tiap negara dalam menyambut datangnya Masyarakat ekonomi Asean (MEA).

Kita ketahui bahwa yang termasuk kelompok negara-negara ASEAN atara lain; Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar. Dimana masing-masing negara memiliki perbedaan dalam bidang sosial-budaya, ideologi politik dan ekonomi. Perbedaan tersebut yang menjadi fokus dalam penyatuan MEA, Tapi yang lebih dikhususkan lagi dalam bidang ekonomi. Seperti berenang dalam laut tanpa dasar, pembahasan di bidang ekonomi memang yang suatu hal yang tidak ada hentinya. Masyarakat Ekonomi Asean dengan sasaran yang paling utama ekonomi regional Asia Tenggara dan penggambaran utama dalam bentuk pasar tunggal. Dimana pasar tunggal ini merupakan kawasan ekonomi yang sangat kompeitif dalam mengembangkan produk masing-masing negara sehingga menjadikan pasar pengembangan ekonomi dan membantu dalam distribusi pendapatan ekonomi ditiap-tiap negara. Sebagai pasar tunggal pasar ASEAN memiliki luas sekitar 4,47 juta km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota. Adanya pasar tunggal ini indikasi arus bebas di negara ASEAN yaitu barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN. Indikasi inilah yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam lalu lintas perdagangan tiap negara di ASEAN.

Kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA

Ibarat menanak nasi sampai matang yang mana nantinya akan memuaskan bagi si pemakan. Begitu juga dengan Indonesia, dalam menghadapi Masyarakat ekonomi Asean ini, indonesia harus mempersiapkan secara matang, baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) dan dari segi kualitas produk yang dihasilkan. Namun, melihat kondisi sekarang apakah Indonesia sudah siap dalam menghadapi MEA? Banyak pakar-pakar ahli ekonomi yang mengatakan “dalam menghadapi MEA, Indonesia siap gak siap harus siap”. Padahal jika ditelusur secara mendalam dari segi infrastruktur yang belum memadai, ruwetnya masalah birokrasi, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan korupsi yang masih luntang luntung sana-sini. Merupakan kondisi yang menggambarkan indonesia belum siap dalam menghadapi MEA.

Survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika Singapura (survei melibatkan 475 pengusaha senior Amerika dan mengungkapkan bahwa 52 persen responden tidak percaya Masyarakat Ekonomi Asean dapat diwujudkan pada tahun 2015). Ini merupakan kekhawatiran atas kesiapan semua negara di ASEAN untuk memberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean. Selain itu selama saya di Universitas, banyaknya suatu instansi di kampus yang menggencarkan adanya MEA mulai tahun 2014 dan 2015 awal. Bukankah keadaan seperti ini sangatlah mepet untuk masyarakat indonesia dalam mempersiapkan datangnya MEA. Karena yang saya ketahui MEA sudah diwacanakan pada beberapa tahun yang lalu. Selain itu masyarakat yang tinggal dipedesaan sangat pelosok, apakah sudah diberi bekal tentang datangnya MEA seperti ini, memang dalam gembor-gembor akan datangnya MEA hanya disosialisasikan pada masyrakat tertentu saja dan tidak menyeluruh kesemua masyarakat indonesia. Padahal negara Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ruah dengan luas populasi terbesar diantara negara-negara lainnya di Asean, jadi sangat disayangkan jika belum dimanfaatkan dengan adanya pasar bebas di ASEAN ini. Dan sangat disayangkan lagi, jika persiapan dalam menghadapi MEA belum maksimal, hal yang paling ditakutkan adalah masyarakat Indonesia hanya menjadi target pasar bagi negara-negara ASEAN dan mereka hanya berperan sebagai pelaku konsumtif saja.

Peran pemerintah sendiri dalam menghadapi MEA selain  memberi sosialisasi dan seminar-seminar yang berbasis datanganya MEA kepada masyarakat Indonesia, selain itu pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro kepada rakyat dan bukanlah kebijakan yang membebankan rakyat Indonesia. Pro rakyat disini maksudnya adalah kebijakan pro buruh dan pro usaha kecil. Sehingga dengan dibukanya pasar bebas di ASEAN ini, rakyat kecil tidak menjerit dan meronta diluar sana. Sosialisasi yang diberikan pemerintah harusnya mengena pada seluruh lapisan masyarakat (dari masyarakat golongan atas sampai masyarakat dikalangan yang paling bawah sekalipun).

Oleh : Eni Nurmayanti

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun