"Harga minyak sekarang jian ora umum (tidak sewajarnya)"
Demikian curhatan emak-emak di warung menanggapi kenaikan harga minyak goreng saat ini. Memang, dampak dari kenaikan minyak goreng ini yang paling marasakan adalah ibu-ibu atau para pelaku usaha kuliner.Â
Karena harus menghitung kembali pengeluaran kebutuhan dapur agar perekonomian keluarga tetap berjalan seimbang dengan pemasukan.
Buat saya pribadi, kenaikan harga minyak goreng ini tidak begitu terasa berat, karena sejak 2019 saya dan keluarga sudah mulai mengurangi mengolah makanan dengan menggunakan bahan minyak goreng.Â
Kebiasaan hidup mengurangi minyak goreng ini karena suatu tuntutan kesehatan. Dorongan semangat agar tetap bisa sehat meskipun usia terus menua.
Awalnya, saya mulai merasakan berat badan saya terus merangkak naik, gejala-gejala tidak nyaman mulai terasa, sering pusing, mudah sekali lelah, lambung atau maag saya sering kambuh, nyeri-nyeri di persendian, kesemutan dan gampang mengantuk.Â
Saran dokter, saya harus mengurangi berat badan, serta wajib melaksanakan pola makan dan hidup sehat.
Nah, sejak saat itu saya bertekat, sebelum rumah sakit menjemput untuk tinggal di sana, saya harus bersemangat sembuh dan sehat.Â
Saya membaca beberapa artikel kesehatan, bertanya kepada teman, saudara, yang mempunyai pengalaman bisa menurunkan berat badan secara aman dan sehat.
Saya juga melakukan penulusuran di internet, membaca dan mendengarkan pengalaman beberapa beberapa tokoh yang sukses menurunkan berat badan. Seperti pengalaman perjalanan diet Dewi Hughes dan Tya Ariesta yang sukses diet secara sehat. Saya juga mendengarkan YouTube dr. Zaidul Akbar dengan JRS (Jurus Sehat Rosulullah).