Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Teenlit: Cinlok di Ruang Diskusi (Bagian 3)

23 Januari 2021   19:26 Diperbarui: 23 Januari 2021   20:02 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar jawaban Fikal, Firda kaget. Hatinya berdesir perih, apakah yang diucapkan Fikal ini sebuah kejujuran?

"Yuhuu, mas ketua ku tersayang, betulkah? Semoga ini serius ya, bukan candaan," Danisa kegirangan dapat pujian dari Fikal

Firda kaget dengan respon Fikal. Tiba-tiba ada rasa minder menguasai batinnya, "Memang benar, Danisa ini sangat cantik, lincah, supel dan luwes. Beda jauh dengan saya, yang hanya gadis kampung dari keluarga sederhana."

"Ayolah teman-teman kita mulai saja diskusi kita," pinta Luqyan yang sudah tidak sabar ingin segera pulang.

"Oke, teman-teman mari kita mulai diskusi kita hari, silakan bila ada penemuan tentang permasalahan atau hal-hal lain yang kita dengar dari siswa atau guru tentang kinerja OSIS," Firda membuka diskusi ini dengan hati yang berkecamuk cemburu. Namun ia berusaha untuk tetap profesional, bahwa tidak baik mencampuradukkan perasaan dengan pekerjaan.

"Saya dulu ya Fir," Bagas angkat tangan, disambut dengan anggukan kepala oleh Firda. "Komentar teman-teman tentang seminar tentang Kesadaran Membayar Pajak minggu lalu, narasumber dalam menyampaikan gagasannya terlalu kaku dan bertele-tele, tidak disesuaikan dengan usia anak sekolah menengah. Seharusnya beliau harus bisa menggunakan bahasa persuasif atau bersifat membujuk secara halus."

"Betul sekali, sebenarnya struktur teks diskusinya sudah betul, sudah sistematis, yaitu pendahuluan, selanjutnya isi yang meliputi gagasan pro dan gagasan kontra dan diakhiri dengan kesimpulan" Luqyan menimpali.

"Seperti yang disampaikan Bu Ani, guru bahasa Indonesia kita, bahwa dalam menyampaikan gagasan diskusi dengan tujuan persuasif kita harus memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, Audiensi. Apakah bahasa yang kita gunakan dapat meyakinkan audiensi (pendengar atau pembaca)? Kedua, gagasan. Apakah gagasan yang kita gunakan mampu menjelaskan dan menghubungkan argumen serta alasan? Ketiga, sarana persuasi. Apakah sarana persuasif atau gambaran pendapat sudah jelas dalam meyakinkan audiensi? Keempat, kosakata. Apakah kosakata yang kita gunakan sudah sesuai dengan topik dan konteks tugas? Kelima, kohesi. Apakah penggunaan kohesi atau kata penghubung sudah tepat?" jelas sekretaris dua ini bersemangat.

"Tepat sekali Luqyan, saya juga mendapat mendapat penjelasan dari bu Ani," Fikal menambahkan. "Bahwa unsur kebahasaan lain yang harus diperhatikan dalam diskusi, selain yang disampaikan Luqyan adalah kalimat yang menunjukkan waktu sekarang atau kejadian aktual, misalnya adalah, merupakan, sedang, artinya, perlu, bertindak, hentikan, selamatkan. Sedangkan kata yang mewakili pikiran dan perasaan membawa emosi dari pandangan penulis. Misalnya, percaya, yakin, pikir, rasa, suka, kagum, senang, terkejut, ragu harap. Sementara itu kata emotif yang melibatkan  pikiran pembaca, seakan  pembaca melihat persoalan yang kita pikirkan. Misalnya, ganas, unik, liar, buas, berharga, istimewa, kumal, menakjubkan, berbahaya, brutal, sejuk, lembut" jelas Fikal.

"Masih ada lagi unsur kebahasaan yang harus diperhatikan oleh orang yang menyampaikan gagasan dalam diskusi," Danisa juga tidak mau ketinggal untuk menyampaikan ilmunya tentang teks diskusi. "Yaitu bahasa evaluatif. Misalnya, penting, sederhana, berpikiran sempit, mengancam, sangat jelas, menguntungkan bagi masa depan, lebih mudah, diharapkan, terlalu rapuh, penilaian buruk, tidak dapat diakui, hanya pilihan. Ada lagi yaitu derajat kepastian (juga dikenal sebagai modalitas), yaitu seberapa pasti kita dengan pernyataan kita sendiri, agar orang lain bisa setuju dengan gagasan kita. Misalnya, dapat, mesti, seharusnya, selalu, biasanya, hampir, nyaris, tidak pernah, kadang-kadang, umumnya, tentu, tak perlu dipersoalkan, hampir tak pernah ada."

"Oh iya, teman-teman terkadang dalam berdiskusi kita sering kesulitan menggunakan konjungsi dan konektif," Bagas yang dari tadi menyimak ikut berpendapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun