Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kemuning Itu adalah Ayahku

12 November 2020   16:44 Diperbarui: 12 November 2020   16:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seoramg Ayah, sumber: dokumen pribadi

Ada rindu yang ingin ku kabarkan pada kemuning yang bergelantung di ranting, masih ada embun yang tersisa pada daun-daun kering untuk lunaskan dahaga pilu

Mengharap akan ada sebuah telaga kasih dengan aroma semerbak wangi yang pernah memancar pada semburat keemasan meski senja membersamai.

Bahwa tangan lembut itu telah merumuskan waktu untuk beberapa narasi sebagai isyarat kesunyian itu harus diakhiri, bahwa binar mata itu pernah menjadi tempat penghangat.

Ingin segera ketuk pintu langit, mencuri detak jantung yang dulu pernah melagukan kidung cinta, agar menitahkan kembali rembulan menemaniku sepanjang malam.

Karena aku tak tahu apatah bait-bait sajak yang aku tulis hari ini akan sampai dipertapaan abadimu, seperti dulu aku meneduhkan bahuku di persinggahan lelah yang kau siapkan.

Kepadamu pemilik hati emas, aku  tidak ingin segera berkemas, sebelum rinduku terbayar lunas, karena kemuning itu adalah engkau, Ayah

12 November 2020
Enik Rusmiati


Selamat Hari Ayah


Semoga bapak senantiasa mendapatkan tempat di sisi-Nya. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun