Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja Telah Pergi

6 Oktober 2020   20:50 Diperbarui: 6 Oktober 2020   20:57 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja telah pergi, saat matahari berpamitan. Ada gundah mengeja renjana yang berbisik pada sepi bahwa rindu harus diakhiri diujung sore ini.

Senja telah pergi, jangan mengharap kemuning akan bisa mengejar warnanya. Karena seluruh binar dan temaram ini hanya dimiliki olehnya

Senja telah pergi, seekor bilibis betina bermuram dalam sepi karena kekasih hatinya pergi menemui pagi, sesekali matanya menengadah pilu berharap sunyi berubah rinai

Senja telah pergi, desau dedaunan mencipta irama pilu, ketika sepotong hati berhenti menawar diksi untuk sudi mengulang kisah esok hari.

Senja telah pergi, tidak akan ada lagi puisi tentang jingga yang memunguti ceceran rindu di sepanjang pematang menuju malam, karena seluruh kisahnya telah berlalu

Senja telah pergi
Namun, aku akan setia menanti sampai waktu bosan membersamai

Blitar, 6 Oktober 2020
Enik Rusmiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun