Kemarin kau katakan, bangga dengan kekayaan negeri ini, Â bisa memandang laut lepas dengan tarian bangau putih diiringi irama riak gelombang, kau berlari dan berkejaran bersama kemuning sembari menunggu senja.
Suatu hari kau bercerita sangat bahagia bisa memetik bunga mawar, lalu kau suntingkan di telinga kekasihmu dengan tanpa rasa takut dan gelisah, kau janjikan masa depan yang amat membahagiakan, tanpa ada ragu sedikitpun merajai anganmu.
Suatu saat kau berteriak lantang kepada para pemujamu bahwa kau akan memberi mereka harapan indah tentang catatan mimpi-mimpinya yang akan kau lunasi dengan keyakinanmu.
Namun, tahukah kau bahwa tanah yang kau pijak ini adalah tetesan keringat dari para pahlawan bangsa yang rela seluruh waktunya tertumpah untuk masa depan anak-anak negeri?
Tahukan kau bahwa udara bebas yang kau hirup ini adalah kucuran darah para pejuang bangsa ini yang ihlas jantungnya ditembus timah panas hanya ingin ibu pertiwa bisa tersenyum?
Tahukah kau bahwa kemerdekaan ini bukan pemberian cuma-cuma dari sang waktu? Namun sebuah kesengajaan yang disengajakan oleh para pecinta negeri ini.
Maka, jangan sekali-kali kau berpaling dari nafas negeri ini, karena tubuh dan aliran darah Indonesia ini butuh peluh dan ideamu.
Blitar, 16 Agustus 2020
Enik Rusmiati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI