Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bacalah, Bedakan Pagi Ini dan Senja Nanti

3 Mei 2020   04:37 Diperbarui: 3 Mei 2020   08:27 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bacalah

Maka akan kukabarkan tentang mentari. Yang setia memberi sejuk pada batang padi. Menyigi  jiwa dan hati gelisah di suatu pagi. Membuka jendela hati nurani untuk penuhi janji. Kala bimbang dan gamang diri penuhi sanubari. Bahwa matahari tidak pernah resah dan lalai. Meski selaksa manusia tidak henti mengumpati.

Bacalah

Maka akan kukabarkan tentang samudera. Bersama angin buritan yang setia mengurai rasa. Pada saat nelayan membelah waktu tanpa jeda. Pun akan kuceritakan tentang pangeran ombak, dan putri karang berpuisi bersama barisan gurita. Bernyanyi dan menari dengan turumbu karang. Sebelum akhirnya ikan paus dan pari merana. Karena plastik yang kau kirim itu membunuhnya

Bacalah

Maka akan kukabarkan tentang tanah, dalam banar yang senantiasa basah. Setia tumbuhkan benih biji kecambah. Mengantarkan putik menemukan lebah, dalam jalinan daun dan bunga nan indah. Sementara ranting acapkali merasa resah, karena air dalam tanah dipenuhi limbah

Bacalah

Maka akan kukabarkan tentang hujan, yang selalu menunggu restu dari awan. Bahwa rumput kering masih dalam penantian. Tanpa rasa ragu ritmis rinai meniti belaian, karena gerimis akan memberi janji yang tertahan. Pada musim kemarau membentang di jalan. Meski terkadang manusia selalu enggan. Mengambil hikmah dari pemberian Tuhan. Sampai akhirnya menjadikan air tidak berkenan, dan menjadi genangan duka sepanjang kehidupan

Bacalah

Maka akan kukabarkan tentang pohon randu, juga tanaman jati dengan balutan perdu, yang menghiasi deretan hutan ayu nan lugu. Burung-burung terbang dan berkicau merdu. Kijang dan kelinci berlarian bersenda gurau. Ular dan malata bersembunyi dan merindu, di bantang-batang pohon yang menjulang kaku, sebelum akhirnya datang manusia-manusia bisu, membakar dan menghabiskan tubuh hutan tanpa ragu, hingga binatang dan pepohon pilu tergugu

Bacalah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun