Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tekan Pengeluaran Belanja dengan Optimalkan Lahan, "Yen Gelem Obah Bakal Mamah"

29 April 2020   20:49 Diperbarui: 29 April 2020   20:57 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri, tanaman sayur dan lombok di polybag

"Ramadan tahun ini, meski harga kebutuhan pokok tidak melonjak seperti tahun lalu, tapi wong tidak punya uang untuk membeli, ya sama saja"

"Oalah...bener mbak, bisa buat makan sehari-hari saja harus benar-benar ngirit"

Demikian dialog yang sering saya dengar ketika belanja di warung. Keaadaan ekonomi pandemi  covid-19 memang sangat dirasakan masyarakat menengah non pegawai. 

Karena kebutulan kami juga mempunyai usaha dagang yang berada di tengah-tengah masyarakat desa. Jadi bisa ikut merasakan dampak lockdown ini.

Merasakan ikut prihatin dengan kondisi sekarang ini, sebenarnya bagi orang desa tidak begitu risau bila mau usaha, seperti ungkapan Jawa "yen gelem obah bakal mamah". Artinya semua orang yang mau berusaha, pasti akan bisa makan atau mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Seperti juga yang sering kita dengarkan dalam majelis-majelis pengajian, bahwa Allah pasti akan mencukup semua kebutuhan umatnya apabila mau bersandar kepada tuntunam agama. Seekor cecak tidak pernah mencari makan untuk hidupnya, tapi Allah mendekatkan makanan berupa nyamuk untuk disantapnya.

Maka dari itu, menyikapi ujian dari Allah ini, kita bisa belajar dari masyarakat desa dengan tidak mengandalkan selalu membeli bahan-bahan yang dibutuhkan sehari-hari,  melainkan dengan memanfaatkan lahan yang ada untuk menopang ekonomi kehidupan keluarga kita. Seperti bertanam sayuran dan beternak.

Saya asli orang desa, bersyukur sekali dilahirkan di pinggir pantai watu ulo Jember, berdampingan dengan sungai dan gunung. Masyarakat di desa saya sebagian besar bertani. 

Setiap mudik, suami  banyak belajar dari bapak saya dan tetangga dekat bagaimana cara bercocok tanam. Saya juga belajar dari tetangga bagaimana mengelola keuangan bisa cukup untuk menghidupi keluarganya.

Orangtua saya hanya seorang petani dengan tanpa sawah yang luas, punya uang saja hanya tiap enam bulan sekali, tiap panen saja, namun bisa mencukupi empat anak-anaknya hingga bisa mandiri. 

Uang panen bapak itu digunakan untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya, sedangkan untuk kebutuhan makan sehari-hari ibu mengandalkan sayuran dan bumbu yang ditanam pekarangan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun