Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, aku masih diberi nikmat sehat sehingga masih bisa melaksanakan ibadah puasa pada tahun ini, juga karena kemurahan-Nyalah  aku juga masih diberi kekuatan untuk bisa menulis di blog Kompasiana ini.
Bulan Ramadan adalah bulan yang selalu ditunggu-tunggu umat Islam, lantaran diyakini sebagai bulan yang penuh dengan berkah. Bahkan dibulan ini pula doa-doa yang dimohonkan kepada Allah akan dikabulkan. Aku juga mempunyai permohonan baik di Ramadan ini.
Diberi Ihlas dengan ketetapan Allah
Ramadan tahun ini jelas berbeda dengan tahun kemarin, baik dalam menjalankan kekholifahan sehari-hari maupun dan melaksanakan ibadah. Kalau tahun lalu aku dan keluarga lebih bebas beraktivitas di luar, bekerja dan membangun komunikasi dengan masyarakat. Lebih banyak kelonggaran waktu dalam memberi manfaat kepada lingkungan.
Namun Ramadan kali ini, karena kita sedang diuji oleh wabah covid-19, maka segala aktivitas yang berhubungan dengan masyarakat harus dihentikan, hal ini untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang mematikan ini. Kenyataan ini tentu membawa dampak bagi usaha keluarga dan bentuk silaturahmi dengan saudara-saudara ke kampung halamanku di Jember.
Pada Ramadan ini aku berharap bisa ihlas dengan ketetapan yang Allah berikan kepadaku juga kepada keluarga besarku. Karena aku yakin semua yang terjadi ini ataas izin Allah, kesulitan, kesedihan, kemudahan dan kebahagiaan semua atas izin Allah. Aku berharap bisa melihat semua kesulitan dan ujian ini melalui kebaikan, hikmah atau manfaat yang mengikutinya. Karena hanya Allah lah yang kuasa membolak balikkan hati manusia.
Tidak Bersandar kepada Ciptaan Allah
Seringkali kita menyandarkan kepentingan dan keinginan hidup ini kepada selain Allah, sandaran itu bisa ke suami, istri, anak, tetangga, pimpinan atau bahkan bergantung pada 'selembar kertas sakti'. Padahal semua sandaran itu tidak ada daya bila Allah tidak memberinya kekuatan. Seringkali kita lupa dan khilaf bahwa yang membuatnya ada, hanyalah Allah ta'ala.
Pada bulan yang penuh berkah ini, aku memohon kepada Allah, bisa  mengubah caraku meraih kebahagiaan dunia ini. Kalau dulu masih sering mengharap kebahagiaan hidup ini kepada ciptaan Allah, setelah ini  aku hanya ingin bertumpu kepada zat yang maha memberi hidup dan kehidupan, menyakini bahwa segala yang ada di dunia ini karena Allah. Karena tanpa kuasanya semua ciptaan Allah itu tidak berdaya apa-apa.
Lebih bermanfaat kepada Alam dan Lingkunganya
Sebenarnya aku menyadari sepenuhnya bahwa dalam ajaran Islam sudah dijelaskan bahwa sebaik-baiknya umat adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Tetapi seringkali aku bersifat egois dan merasa acuh tak acuh dengan kesulitan yang dihadapi orang lain. Sering berbuat sesuka perut sendiri tanpa peduli dengan keruwetan orang lain.