Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Gadis Lugu Penunggu Rindu

17 April 2020   09:46 Diperbarui: 17 April 2020   10:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis kecil tertidur di bawah pohon, berbantal daun kering, berselimut ranting. Percikan air mata sisa musim tahun lalu masih melekat di pipinya, hujan dan angin tak mampu menghapusnya.

Masih teringat di musim kemarau, matahari menitahkan ia melepas kepergian ayahnya untuk memenuhi sebuah harap bahwa pada suatu waktu serambi tempatnya memintal masa depan tidak akan gelap lagi.

Hari-hari ia lalui dalam hening, percik air di pematang dan kicau burung adalah sahabatnya bercanda. Tanaman padi di sawah dan sayur hijau di ladang yang dititipkan mulai berkembang.

Kepada mentari sebelum panas mengingkari,  ia tanyakan kapan janji ayahnya memberi arti. Kepada malam setelah matahari meninggalkan, ia selalu menguntai doa, semoga ayahnya bisa berdamai dengan segala uji yang memeluknya.

Gadis kecil lugu masih berdiri di antara tanaman perdu hatinya layu menunggu rindu berlagu kidung merdu seperti dulu.  

Blitar, 17 April 2020
Enik Rusmiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun