Acapkali aku katakan padamu, bila ingin berteduh, telah ku hidupkan cahaya retina ini untuk menghapus redup. Bila kau ingin berlindung, selalu ku siapkan punggung sedikit rapuh ini untuk membantumu bertutur tentang kidung hidup.
Sejak kau sering ceritakan kicau burung saat melipur segala  risau, senantiasa aku merasa ingin mendengarkan biru haru yang selalu kau kirimkan melalui senandung irama perdu dari hulu
Bahkan ketika kau menghitung gemerisik dedaun, aku selalu menanti kau berbisik meminta temu-temu kita yang tertunda kala itu terbayar lunas tanpa rasa cemas.
Berjanjilah, di ujung pintu yang telah kita rencanakan kala itu, kau akan membawakan sekeping hatiku yang pernah kau simpan di sebelah relungmu agar aku bisa  mendekap erat aroma tubuhmu dengan tanpa debu.
Blitar, 14 April 2020
Enik Rusmiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H