Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ku Tunggu di Ujung Pintu

14 April 2020   15:39 Diperbarui: 14 April 2020   16:08 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acapkali aku katakan padamu, bila ingin berteduh, telah ku hidupkan cahaya retina ini untuk menghapus redup. Bila kau ingin berlindung, selalu ku siapkan punggung sedikit rapuh ini untuk membantumu bertutur tentang kidung hidup.

Sejak kau sering ceritakan kicau burung saat melipur segala  risau, senantiasa aku merasa ingin mendengarkan biru haru yang selalu kau kirimkan melalui senandung irama perdu dari hulu

Bahkan ketika kau menghitung gemerisik dedaun, aku selalu menanti kau berbisik meminta temu-temu kita yang tertunda kala itu terbayar lunas tanpa rasa cemas.

Berjanjilah, di ujung pintu yang telah kita rencanakan kala itu, kau akan membawakan sekeping hatiku yang pernah kau simpan di sebelah relungmu agar aku bisa  mendekap erat aroma tubuhmu dengan tanpa debu.

Blitar, 14 April 2020
Enik Rusmiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun