Sejak diputuskannya status siaga darurat corona, maka untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus corona-19, mulai 19 Maret 2020, siswa melaksanakan pembelajaran di rumah. Guru wajib memberi materi secara daring (dalam jaringan). Keadaan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan orang tua dan siswa.
Tidak sedikit orang tua yang mengeluh karena kewalahan mengajari dan mendampingi anak mengerjakan tugas-tugas sekolah. Banyak juga komentar siswa yang sudah merasa jenuh belajar di rumah. Namun ada juga anak dan orang tua yang senang dengan pembelajaran di rumah, karena bisa selalu kumpul bersama-sama keluarga.
Menyikapi kenyataan ini, akhirnya muncul beberapa himbauan kepada guru, bahwa jangan terlalu berat memberi tugas pada siswa, jangan terlalu membebani siswa dengan tugas dan menambah stres siswa. Tugas siswa harus yang menyenangkan dan tetap memberi motivasi untuk selalu belajar dengan bahagia serta selalu menjaga kesehatan tubuhnya.
Seperti yang disampaikan Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, A. Umar menyampaikan imbauan kebijakan belajar di rumah sejak awal Maret 2020 bagi siswa madrasah itu ditetapkan dalam upaya mencegah penyebaan virus Corona (Covid-19). Sehingga, yang penting anak tetap di rumah, mengisi waktunya untuk belajar dan beribadah bersama keluarga.
Kebijakan belajar di rumah bagi siswa bukan dimaksudkan mengalihkan pembelajaran di kelas dipindah ke rumah ataupun untuk mengejar pembelajaran ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada pembelajaran kehidupan dan pembentukan karakter.
Tentu saja himbauan ini akan mengubah jenis pembelajaran daring guru dengan siswa. Jelas guru dituntut untuk jeli dan kreatif, jangan sampai justru pembelajaran di rumah menjadikan siswa keluar rumah untuk belajar berkelompok dengan temannya.
Saat ini guru jangan hanya memenuhi tuntutan kurikulum, melainkan lebih ke pembentukan karakter. Apalagi baru saja kita dengar bahwa ujian nasional dibatalkan. Bagi guru mata pelajaran UN kelas 6, 9 dan 12 saatnya melakukan kemerdekaan belajar bagi siswa untuk menyiapkan mental menyonsong masa depan.
Sekarang ini merupakan kesempatan yang terbaik bagi guru untuk melakukan perubahan, menjadi guru yang merdeka dalam pembelajaran siswa. Seperti pidato Mendikbud pada Peringatan Hari Guru 2019 kemarin, bahwa guru adalah tugas yang termulia dan tersulit, ditugaskan untuk membentuk masa depan bangsa tapi lebih sering diberi aturan dari pada pertolongan, guru membantu siswa yang tertinggal di kelas, tapi guru habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.
Guru tahu betul bahwa potensi anak tidak bisa dilihat dari angka-angka nilai ujian, tapi selama ini terpaksa mengejar angka karena didesak oleh pemangku kepentingan.
Kini saatnya guru memotivasi dan memberi intruksi belajar di luar kelas, di rumahnya masing-masing, mengenal dunia sekitarnya, berpetualangan sesuai minat dan bakat anak di luar batasan kurikulum.
Saat ini, kesempatan guru mewujudkan kemampuan berkarya dan berkolaborasi yang akan menentukan kesuksesan anak, bukan hanya menghafal materi yang ada di buku teks pelajaran.
Saatnya guru harus segera mencari tahu bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda, tunjukkan pada masyarakat luas bahwa dengan keberagaman minat dan bakatnya, siswa akan sanggup menghadapi tantangan zaman.
Bekerja dan belajar di rumah merupakan ajang inovasi untuk menghapus ketidaknyamanan siswa di kelas nanti. Mari wujudkan impian mas Menteri Nadiem Makarim, mari berjuang untuk kemerdekaann belajar di Indonesia. Perubahan tidak bisa dimulai dari atas, semua berawal dan berakhir dengan guru.
Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah, lakukan perubahan kecil kelas (di rumah masing-masing), apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak, merdeka belajar, guru penggerak.
Ketika guru tidak berada di hadapan siswa di kelas, jangan khawatir harga diri guru menurun dihadapan siswa. Selama guru tulus dari hati yang paling dalam mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada siswa, memberikan contoh semangat, kesederhanaan, kesabaran, ketaatan kepada orang tua, ketekunan untuk menjalankan ibadah, serta kedermawanan untuk bisa saling menolong, melengkapi dan meringankan beban orang lain. Maka guru tetap akan menjadi sosok yang di "gugu lan ditiru" oleh siswa selamanya.
Hadirkan kasih sayang guru lewat doa dan motivasi, meski melalui dunia maya, tatkala siswa tak mampu menemukan solusi, maka guru tetap akan dikenang dan dihormati. Hal ini merupakan modal guru untuk bisa dihargai siswa.
Ketentuan kegiatan belajar dirumah, dibatalkannya Ujian Nasional, Ujian Sekolah, tidak akan menjadi kendala selama kita mampu memahamkan siswa bahwa belajar tidak harus disekolah dan menuntut ilmu itu kuwajiban.
Belajar untuk memilih yang terbaik, nilai tidak harus dengan angka, perubahan yang terbaik itu adalah keberhasilan Pendidikan. Bila ini bisa dilakukan, maka guru akan selalu dirindukan dihati siswa. Mari kita berikan senyuman yang tulus pada siswa, insya Allah bahagia pada saatnya... Aamiin.
Blitar, 27 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H