Kupu-kupu itu datang lagi
Menyampaikan pesan pada bunga mawar
Bahwa kemarau di bulan ini tetap akan melukiskan kekeringan
Mawar tersirap dan berkata dengan wajah sayu,
"Tak ada alasan untuk memetikku, karena wangiku adalah pesan surgawi,"
Setangkai melati terkesima, menoleh dengan irama degup jantung yang membelah langit,
"Lalu siapakah burung-burung yang suka membunuhku?"
Seketika kupu-kupu itu berlalu meninggalkan dialog pilu
Mengabarkan pada penjaga kemarau bahwa cermin jendela langit telah ternoktah
Kemarau adalah perjalanan sungai dengan anak air yang tanpa suara
Ku lihat gadis kecil berhenti mengejar kupu-kupu, di tangan kanannya memegang tangkai mawar, tangan kirinya menyeka derai air mata yang mulai sembab
Suara seraknya menyelinap di antara kelopak bunga
Hujan telah ragu-ragu memberi jawab pada pada genting dan daun-daun yang berserakan
Karena senandungnya selalu membawa nyanyian kelabu pada yang tumbuh
Blitar, 29 September 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI