Seperti kemarin
Aku masih melihatmu diantara sapaan panas yang memanggang jiwa-jiwa lelah
Dengan jemari-jemari  kasarmu kau pintakan sekeping belas kasih pada para dahaga
Melalui suara-suara serakmu kau harap asa agar esok masih bisa kau temui nyanyian fajar
Ya, Lelaki tua pengemis
Mengapa masih saja membelah hari dengan telapak kasar tanganmu
Bukankah seharusnya kau simpuhkan sisa waktu senjamu untuk hadir pada yang Maha Menguasai harimu?
Bukankah seharusnya tengadah itu untuk sebuah permohonan kebaikan hatimu?
Pulanglah,
Temui sisa waktumu untuk menghitung berapa peluh yang tertabur di sepanjang galah
Rajut kembali benang kusut yang tersangkut di dinding kamar lusuhmu
Karena di lantai itu tempatmu meletakkan kening untuk semua munajat
Lelaki tua pengemis
Yakinmu tentang duniamu sebesar keyakinanmu akan Tuhanmu
Jangan pernah takut bahwa alam akan mengabaikan pintamu
Karena sesungguhnya dunia ini ada dalam rengkuhan hatimu yang selalu bersyukur
Blitar, 27 September 2019