Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lelaki Tukang Sapu dan Tarian Plastik

2 Agustus 2019   19:47 Diperbarui: 2 Agustus 2019   20:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih tentang plastik

Lelaki tua tukang sapu

Memandang ke tembok, jalan, got, ranting pohon, sungai, laut, dalam laci meja, almari, dapur, etalase
Plastik dalam tarian pagi siang dan malam

Perempuan dan lelaki tertawa riang
Dalam irama tarian plastik
Tumbuhan hilang subur, pengurai tanah mati

Ikan dan elang laut terkapar, tersedak di kerongkongan
Sungai-sungai tersumbat
Air racun menghuni  alirannya
Anak-anak ternoktah kimia

Lelaki tua tukang sapu
Ia memandang langit
Menatap awan
Dan ia melihat dirinya

Dilempari plastik tuan dan nyonya
Ia melihat plastik-plastik menari
Ia melihat dirinya ditendang sepotong plastik

Tarian plastik tak akan mampu menolong dirinya
Dalam barisan kata dalam buku
Pada ceramah bapak dan ibu
Pada pendidikan di kurikulum

Juga pada seruan di gedung gedung
Lelaki tua tukang sapu bertanya:
Mengapa tidak dirayu saja si pencipta plastik?
Untuk menjadi tukang sapu seperti dirinya

Blitar, 2 Agustus 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun